Selasa, 23 April 2024

Wapres Ingin Masjid Menjadi Basis Pemberdayaan Ekonomi

Berita Terkait

batampos.co.id – Wakil Presiden (Wapres) Ma’aruf Amin menyebut, masjid menjadi sentral pembangunan peradaban Islam. Hal itu, tentunya bukan hanya wacana atau mimpi yang jauh dari nyata, tapi ada pijakan kuat dari aspek historis dan teoritiknya.

“Karena sebuah peradaban tidak bisa dipisahkan dari pelaku utamanya, yakni umat manusia,” ujar Ma’ruf Amin saat menjadi pembicara dalam webinar nasional yang digelar Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI), Rabu (8/7).

“Apabila kita berbicara tentang peradaban Islam, mau tidak mau kita harus melihat kondisi umat Islam. Apakah kondisinya kuat sehingga mampu memunculkan peradabannya dan mewarnai sejarah, ataukah sebaliknya umat Islam tidak berdaya sehingga peradabannya dihegemoni oleh peradaban lain yang lebih kuat,” ujarnya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu juga menuturkan, Rasulullah SAW merupakan teladan terbaik, uswah hasanah, dalam menjadikan masjid sebagai sentral pembangunan peradaban Islam. Setelah hijrah dari Makkah ke Madinah, hal pertama yang dilakukan adalah membangun masjid.

Di Masjid Nabawi, beliau mengajarkan syariat Islam, mengatur masalah kemasyarakatan. Di antaranya perihal politik, ekonomi, serta pertahanan atau keamanan. Dalam waktu yang relatif singkat, sekitar 20-an tahun, Nabi Muhammad telah berhasil membentuk masyarakat baru yang kuat, imannya.

“Dari situ kemudian, terbangun peradaban baru yang kuat yaitu peradaban Islam,” ujarnya.

Menurutnya, secara teoritik masjid sangat potensial menjadi basis pembangunan peradaban Islam. Karena masjid dibangun di suatu kawasan yang di sekitarnya merupakan komunitas Muslim. “Masjid bisa menjadi pusat kegiatan umat Islam, baik dalam hal ibadah mahdhah ataupun ibadah ghairu mahdhah,” imbuhnya.

Ibadah mahdhah, seperti shalat, dzikir, belajar al-Quran (ta’limul quran), pengajian, serta majelis taklim, memang baiknya dilakukan di masjid. Hal itu karena ibadah yang dilakukan di masjid pahalanya lebih besar dibandingkan di tempat lain.

Namun demikian, masjid juga menjadi tempat yang tepat untuk melaksanakan ibadah ghairu mahdhah. Misalnya, penguatan dan pemberdayaan umat Islam (taqwiyah al-ummah), baik dalam hal pendidikan, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan.

“Kami berkeyakinan, masjid sangat potensial menjadi basis pemberdayaan ekonomi umat. Potensi ini dalam waktu yang cukup lama belum termanfaatkan secara baik,” kata Ma’aruf Amin.

Pemahaman yang kurang tepat menjadi salah satu faktornya. Sebab, banyak yang berpikiran jika masjid harus dijauhkan dari aktifitas ekonomi.

Ma’arif Amin juga menyebut ada sebagian orang yang berpemahaman di tengah masyarakat jika aktifitas ekonomi yang dilakukan di masjid menjadi tidak berkah. Akibat dari pemahaman itu, banyak potensi masjid yang belum dioptimalkan, terutama dalam pemberdayaan ekonomi.

Salah satu cara yang bisa dilakukan dalam mendorong pemberdayaan ekonomi adalah dengan menjadikan jamaah masjid sebagai mata rantai ekonomi yang terintegrasi. Jamaah bisa menjadi konsumen, produsen, maupun pemilik dalam kegiatan ekonomi yang dibangun melalui masjid.

Selain Wapres, webinar ini juga menghadirkan ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla, cendekiawan muslim Prof Azumardi Azra, dan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasarudin Umar. Webinar ini diikuti kalangan ulama, cendikiawan, dosen, pengurus masjid seluruh Indonesia mulai dari Aceh, Medan, Sulawesi, Papua dan daerah lain di Indonesia, termasuk peserta dari luar negeri di antaranya berasal dari Hongkong, Malaysia, dan Taiwan. (jpg)

Update