Sabtu, 20 April 2024

Survei Capres 2024: Prabowo, Ganjar, dan Emil Raih Elektabitas Tertinggi

Berita Terkait

batampos.co.id – Meski negara tengah berjuang melawan Covid-19 sejak empat bulan terakhir, namun agenda politik tetap berjalan. Pandemi tidak membuat para politisi mengurangi manuvernya. Dinamika politik pun terus dipotret oleh sejumlah lembaga survei untuk mengukur tingkat popularitas dan elektabilitas tokoh maupun partai politik (parpol).

Center for Political Communication Studies (CPCS) dalam surveinya menyatakan, untuk peta elektoral 2024 terjadi perubahan signifikan. Elektabilitas tokoh calon presiden (capres) 2024 maupun parpol mengalami pergerakan.

“Tiga tokoh muncul sebagai kekuatan utama dalam pertarungan memperebutkan posisi calon presiden 2024. Yaitu, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Ridwan Kamil,” ungkap Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta dalam keterangan presnya di Jakarta, Minggu (12/7).

Tri Okta menjelaskan, Prabowo yang kini menjabat menteri pertahanan masih bertengger di urutan pertama, meskipun mengalami penurunan dari survei yang dirilis CPCS pada Maret 2020 lalu.

Elektabilitas Prabowo mencapai 18,4 persen. Pada survei sebelumnya 22,7 persen. Sebaliknya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sama-sama mengalami kenaikan yang sangat signifikan.

Elektabilitas Ganjar naik dari 8,5 persen menjadi 13,5 persen. Ridwan Kamil yang biasa disapa Kang Emil naik dari 5,8 persen menjadi 11,3 persen.

Menurut Okta, kenaikan elektabilitas Ganjar dan Kang Emil tidak bisa dilepaskan dari posisi keduanya sebagai kepala daerah yang berkaitan dengan penanganan pandemi. Banyak kebijakan yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah dalam pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Begitu juga dengan upaya lain, seperti pembagian bansos dan penanganan kesehatan.

Hal ini terlihat pula dari kenaikan elektabilitas dua kepala daerah lainnya, yaitu gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Elektabilitas Khofifah mencapai 3,4 persen, naik dari sebelumnya hanya 1,1 persen. Sedangkan Risma naik dari 2,9 persen menjadi 3,3 persen.

Elektabilitas parpol juga berdampak. Peta dukungan publik terhadap parpol cenderung stagnan. Hanya terjadi sedikit penurunan yang hampir merata dalam empat bulan terakhir.

“Dibandingkan dengan survei yang dirilis pada Maret 2020 lalu, hampir semua parpol turun elektabilitasnya, kecuali beberapa parpol di antaranya Partai Solidaritas Indonesia (PSI),” ungkap Okta.

Urutan tiga besar masih didominasi PDIP, Gerindra, dan Golkar, tetapi ketiga-tiganya juga mengalami penurunan elektabilitas. PDIP turun paling banyak dari 31,7 persen menjadi 29,2 persen, sedangkan Gerindra turun sedikit dari 14,5 persen menjadi 13,7 persen dan Golkar dari 8,9 persen menjadi 8,3 persen.

Pada papan tengah terdapat PKB (5,9 persen/5,8 persen), PKS (6,7 persen/5,7 persen), PSI (2,8 persen/4,1 persen), Nasdem (2,9 persen/3,9 persen), Demokrat (4,6 persen/3,8 persen), PPP (3,1 persen/2,8 persen), dan PAN (1,6 persen/1,4 persen). “Semua parpol papan tengah pun cenderung turun, kecuali PSI dan Nasdem yang naik cukup signifikan,” lanjut Okta.

Menurut Okta, kenaikan elektabilitas PSI cukup mengejutkan, mengingat dari hasil pemilu legislatif (Pileg) lalu tidak ada wakil PSI di Senayan. “PSI mengandalkan wakil-wakilnya di tingkat DPRD, khususnya di DKI Jakarta yang kerap bersikap vokal, dan terbukti mampu meraih dukungan publik,” jelas Okta.

Adapun survei CPCS berlangsung pada 21-30 Juni 2020, dengan jumlah responden 1.200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Survei dilakukan melalui sambungan telepon terhadap responden yang dipilih secara acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Margin of error survei sebesar lebih kurang 2,9 persen, dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.(jpg)

Update