Kamis, 28 Maret 2024

Singapura Salah Diagnosis, Siswa yang Sehat Disebut Covid-19

Berita Terkait

batampos.co.id – Singapura kini dihadapkan dengan penularan Covid-19 di klaster sekolah. Penularan kasus meluas terjadi di antara siswa dan pengajar di Secondary 1 Jurong West Secondary School. Hanya saja, ternyata, ada kesalahan atau eror dalam pemeriksaan uji spesimen pada suspek Covid-19.

Rumah Sakit Tan Tock Seng (TTSH) mengatakan pada Selasa (14/7) bahwa laboratoriumnya melakukan mislabell atau kesalahan memberikan label pada sampel pengujian. Kesalahan fatal itu menyebabkan seorang siswa salah didiagnosis dengan Covid-19.

Siswa perempuan Secondary 1 dari Jurong West Secondary School dilaporkan pada Jumat (10/7) dinyatakan positif virus Korona. Dia diduga tertular karena telah melakukan kontak dengan teman sekolahnya, bocah laki-laki berusia 13 tahun, yang sebelumnya dipastikan terinfeksi.

Hanya saja, dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (14/7) Departemen Kesehatan (Depkes) Singapura mengatakan bahwa siswa perempuan, yang dikenal sebagai kasus 45655, sebelumnya dilaporkan terinfeksi berdasarkan hasil tes yang salah yang diajukan oleh laboratorium. Tapi ternyata hal itu salah. Siswa itu baik-baik saja, alias negatif.

Lantas, mengapa bisa terjadi kesalahan? Laboratorium telah salah memasukkan sampel-sampel swab dari individu positif Covid-19 sebagai bagian dari kasus 45.655 tanpa memverifikasi dengan benar pengidentifikasi pasien pada tabung spesimen. Akibatnya, kasus 45.655 tercatat positif untuk Covid-19.

“Ini telah dilaporkan ke Kemenkes,” kata Kemenkes Singapura seperti dilansir dari Straits Times, Selasa (14/7).

Kesalahan ditemukan setelah pengujian ulang siswa dan Departemen Kesehatan diberitahu tentang kesalahan pada 13 Juli. Sampel positif tersebut ternyata salah label. Adalah milik seorang pekerja migran yang telah diisolasi. Kementerian mengatakan bahwa dibutuhkan tindakan serius dari kesalahan tersebut.

“Kami sedang menyelidiki masalah ini, dan akan mengambil tindakan yang sesuai terhadap laboratorium jika ditemukan melanggar protokol. Sementara itu, laboratorium telah meninjau dan memperketat prosesnya untuk mencegah terulangnya kesalahan,” tambahnya.

Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa siswa perempuan tersebut telah diisolasi dan tidak melakukan kontak dengan pasien Covid-19 lainnya. Oleh karena itu, tidak berisiko terinfeksi dari pasien lain di rumah sakit. Siswa itu telah dikarantina di rumah oleh Departemen Kesehatan sejak 6 Juli, karena dia adalah kontak dekat teman sekolahnya yang terinfeksi sebelumnya.

Dilaporkan sebelumnya bahwa ada enam siswa dan empat anggota staf harus ditempatkan di karantina karena ada klaster Covid-19 di sekolah.

Dalam pernyataan terpisah, TTSH meminta maaf atas kesalahan label. Dikatakan bahwa siswa tersebut baik-baik saja. Pasien lain yang dalam isolasi telah dirawat di Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (NCID) dan kondisi tetap stabil.

TTSH mengatakan tes asli dilakukan oleh laboratoriumnya. Selanjutnya, siswa itu diuji di Rumah Sakit Universitas Nasional dan diuji dua kali, dan ternyata negatif pada dua kali tes. Laboratorium TTSH mengulangi tes reaksi berantai polimerase pada sampel asli dan hasilnya negatif.

“Kedua pasien telah diberitahu tentang insiden mislabelling,” kata pihak rumah sakit.

“Kami mohon maaf atas kesalahan ini dan dengan tulus menyesali ketidaknyamanan yang ditimbulkan pada pasien dan sekolah. Kami telah mengaudit pengujian laboratorium kami untuk Covid-19 untuk periode itu dan tidak ada kesalahan label lain yang ditemukan. Kami juga telah melakukan pemeriksaan tambahan untuk mencegah insiden seperti itu terjadi lagi,” tegas pihak rumah sakit.

Jurong West Secondary telah menempatkan semua siswa Secondary 1 pada pembelajaran berbasis rumah pada Rabu dan Kamis lalu. Siswa Secondary 1 akan berlanjut hingga 17 Juli sehingga dapat terus diajar oleh guru mereka sendiri. Kelas untuk semua level lainnya akan berlanjut di sekolah seperti biasa.(jpg)

Update