Kamis, 25 April 2024

Amerika Serikat Resesi, Ekonomi Indonesia Ikut Terpengaruh

Berita Terkait

batampos.co.id – Amerika Serikat (AS) resmi mengalami resesi menyusul Singapura dan Korea Selatan. Pertumbuhan ekonomi Paman Sam pada kuartal II -32,9 persen. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mendorong pemerintah Indonesia segera merealisasikan stimulus extraordinary.

Sebelumnya, perekonomian AS pada kuartal I terkontraksi -4,8 persen. Kebijakan karantina wilayah atau lockdown sejak Maret hingga Juni membuat konsumsi rumah tangga, ekspor, produksi, investasi, serta belanja pemerintah lokal maupun negara anjlok. Hal tersebut menekan produk domestik bruto (PDB) AS.

Peneliti Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menuturkan, resesi AS tentu akan berimbas terhadap perekonomian nasional. “Dimana tiap 1 persen pertumbuhan ekonomi AS terkoreksi, akan berpengaruh terhadap 0.02 sampai 0.05 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Bhima kepada Jawa Pos (grup Batampos Online), kemarin.

Efek resesi AS juga akan memengaruhi kepercayaan investor dalam berinvestasi di aset yang beresiko tinggi seperti saham. Investor akan semakin mengincar aset safe haven. Seperti emas dan government bond. Dalam sepekan terakhir, penjualan bersih (nett sells) saham di Indonesia naik Rp 1,86 triliun. Aksi jual bahkan terus berlanjut.

“Artinya capital outflow dari pasar modal kemungkinan besar terjadi,” jelasnya.

Selain itu, Indonesia sebagai mitra dagang utama AS akan berpangaruh terhadap turunnya kinerja ekspor. Resesi membuat daya beli konsumen lesu. Praktis, permintaan barang ekspor seperti tekstil, pakaian jadi, olahan kayu dan alas kaki merosot. Khususnya, pada semester II 2020 mendatang.

Bhima mendorong pemerintah untuk mencari pasar ekspor alternatif yang perekonomiannya tidak anjlok sedalam AS. Misalnya, Tiongkok yang di kuartal II justru tumbuh positif 3.2 persen. “Artinya, demand produk Indonesia di Tiongkok bisa segera pulih lebih cepat dari AS,” ujar alumnus Universitas Gadjah Mada tersebut.(jpg)

Update