Jumat, 29 Maret 2024

Mengenal Mak Yong, Seni Teater Tradisional Melayu 

Berita Terkait

batampos.co.id – Mak Yong seni teater tradisional yang begitu lekat di telinga masyarakat Melayu. Dalam pertunjukannya, Mak Yong banyak menceritakan tentang kehidupan istana, lengkap dengan pesan moral yang hendak disampaikan.

Namun, tatkala harus berhadapan dengan modernisasi seni pertunjukan, Mak Yong kini bertransisi menjadi teater yang kocak agar tetap disukai.

Alunan musik tetawak, gendang, dan rebab terdengar mengalun, menandai dimulainya pementasan Mak Yong.

Kemudian para pemainpun memasuki panggung pertunjukan. Pementasan ini menyuguhkan iringan musik yang berpadu harmonis dengan lagu Melayu yang dibawakan oleh para pemainnya.

Salah satu pemain lengkap memakai baju berwarna kuning khas Melayu berikut aksesorisnya. Sebutan untuk aksesoris ini pun berbeda-beda.

Di kepala disebut senggeng, di leher disebut teratai dan yang dikenakan dipinggang berjuntai disebut cabok.

Kemudian pemain ini membawakan tiga lagu sambil menari dengan memakai cangai yang merupakan kuku palsu panjang terbuat dari bahan berkilat seperti emas.

Selanjutnya Ia membawakan Tari Jogi. Di Batam, Tari Jogi sangat identik dengan pementasan Mak Yong, karena tarian ini dilakukan sebelum pertunjukan Mak Yong.

Peralatan yang diperlukan dalam pertunjukan tari tersebut adalah rotan berai, parang, keris, kapak, panah, dan tongkat kayu.

Setelah pertunjukan tari selesai, giliran atraksi Mak Yong mengambil posisi. Para pemain memakai busana sesuai peran yang dibawakannya. Bahasa Melayu sangat melekat pada setiap pertunjukkannya.

Mak Yong seni teater tradisional yang begitu lekat di telinga masyarakat Melayu. Foto: Disbudpar Kota Batam untuk batampos.co.id

Pimpinan Sanggar Seni Warisan Pantai Basri, Abdullah Basri mengatakan, Mak Yong adalah seni teater tradisional yang masih digemari sampai sekarang dan sering tampil dalam pertunjukkan kebudayaan.

Seperti, Kenduri Seni Melayu (KSM) yang digelar rutin setiap tahunnya di Kota Batam. Teater khas Melayu ini mementaskan tokoh pria dengan memakai topeng yang disesuaikan dengan karakter yang dibawakannya.

“Mak Yong itu teater yang menceritakan kisah dongeng dan mempunyai daya tarik sendiri dihati para penggemarnya sehingga bisa lestari sampai sekarang,” kata Basri saat dikunjungi di kediamannya Pulau Panjang, Bulang.

Para pemeran Mak Yong terdiri dari Pak Yong (memerankan raja), Pak Yong Muda (memerankan pangeran), Putri Mak Yong (memerankan putri raja).

Selain itu, ada beberpa tokoh lain dalam ceritanya, seperti munculnya pelawak, dewa, jin, pegawai istana, dan binatang, dengan ciri khasnya memakai topeng.

Lalu, ada juga Pengasuh, yang merupakan orang kepercayaan raja, Wak Perangbon sebagai pengawal.

Kemudian, ada Wak Perang Agun, Wak Perang Utan, Wak Perang Paya, Tok Mersi Mata Api, Tok Nojong, Kuda Hijau Pelana Kuning sebagai kuda jelmaan, Kijang Beremas Tunduk Rencana, Harimau Besar Sirejang, Kilat Sijanda Wangi Beranak Mude dan Sarung Batak Sakti.

Tak hanya di Batam dan Bintan, seni Mak Yong ternyata juga ada di Malaysia, tepatnya di Kelantan.

Selain itu, seni ini juga pernah dimainkan di Thailand, tepatnya di Kota Pattani, yang merupakan kota paling selatan di Thailand dan berbatasan dengan Malaysia. Bedanya, Mak Yong di dua negara tersebut penarinya tanpa mengenakan topeng.

Dalam pementasannya, Mak Yong menyesuaikan dengan daerah masing-masing. Dalam pertunjukkannya, biasa mengandung cerita hiburan, memberi pesan dan sebagainya.

“Khusus Mak Yong di Batam, penampilan mereka mengusung konsep hiburan, lebih kocak sehingga membuat penonton senang dan tertawa,” ujar penerus dari Sanggar Seni Pantai Basri.

Pimpinan Sanggar Seni Warisan Pantai Basri, Abdullah Basri memperlihatkan topeng Mak Yong. Foto: Disbudpar Kota Batam untuk batampos.co.id

Cerita Mak Yong selalu berkisah tentang kehidupan istana dan kerajaan. Seperti, cerita raja-raja, permaisuri, tuan putri, putri mahkota yang ditimpa musibah dan biasanya berakhir dengan kemenangan melalui perjuangan.

Basri menyebutkan, cerita berjudul; Putri Siput Gondang, jadi salah satu lakon yang sudah tak asing lagi di Batam.

Ceritanya mengisahkan salah satu negeri yang bagus dan megah. Istri raja melahirkan siput, raja merasa keberatan dan akhirnya siput itu dibuang ke Teluk Tujuh Pantai Sembilan.

Kemudian, ketika hari dimana istri raja ingin makan siput, lalu raja mempersilakan para wak-wak untuk mencarikannya ke teluk tersebut. Ketika asyik mencari, terdengarlah suara dari tumpukan batu sehingga mereka penasaran.

Wak-wak tersebut mendekati batu tersebut, dan menemukan ada siput besar. Mereka langsung bergegas melaporkan kejadian tersebut kepada raja dan membawanya ke istana.

Setelah sampai di istana, terdengarlah suara minta tolong dari dalam siput tersebut. Raja lalu memerintahkan untuk membelah siput tersebut.

Setelah siput terbelah maka keluarlah putri yang cantik, kemudian putri tersebut bercerita bahwa ia adalah siput yang dulu dibuang belasan tahun yang lalu.

“Cerita ini memberikan pesan, dimana kita tidak boleh menghina hewan,” tuturnya.

Pertunjukan Mak Yong biasanya tidak selesai dalam satu malam. Sebuah cerita dapat berlanjut berhari-hari, bahkan sampai 15 hingga 44 malam.

Namun, pada masa sekarang, tak mungkin cerita dibuat sebegitu panjangnya. Sekarang, rata-rata sebuah cerita dalam pementasan Mak Yong hanya berlangsung 1-3 jam.

Pertunjukan biasanya diadakan di lapangan terbuka, diberi atap plastik, tiang dihiasi dedaunan seperti daun kelapa.

Dalam setiap pementasannya, jumlah pemain berkisar tiga puluh orang. Dalam pertunjukan Mak Yong, cerita biasanya diambil dari cerita rakyat.

“Sebelum tampil, kami mencari, menggali sejarah, untuk dibuat cerita dalam pertunjukan Mak Yong,” jelasnya.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Muhammad Zen mengajak untuk merevitalisasi teater Mak Yong agar menjadi menjadi lebih menarik penampilannya tanpa meninggalkan tradisi yang asli. Gunanya agar generasi muda bisa menyukai seni ini bahkan mempelajari tradisi ini.

“Dalam penampilannya dibawakan dengan semenarik mungkin, seperti diindahkan tariannya, diberi lighting atau pencahayaan. Ceritanya boleh kekinian namun tak meninggalkan tradisi asli, sehingga generasi millenial banyak mengetahui Teater Mak Yong,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata mengatakan, Kota Batam memiliki banyak tradisi budaya yang menarik untuk diketahui.

Salah satunya, teater tradisional Mak Yong tersebut. “Teater ini hadir di setiap gelaran acara tahunan kebudayaan di Kota Batam, serta diikuti tarian dan musik Melayu lainnya yang artistik dan menghibur,” ujarnya.

Ardi juga mengajak masyarakat Kota Batam ikut melestarikan budaya Melayu yang ada di Kota Batam. Salah satunya, menjaga agar teater Mak Yong serta tradisi lainnya, tetap lestari hingga anak cucu nanti.

“Ayo kita cintai budaya kita, sehingga budaya kita tetap lestari,” pintanya.(*)

Update