Sabtu, 20 April 2024

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal-II 2020 Minus 5,32 Persen

Berita Terkait

batampos.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi kurtal-II 2020 mengalami kontraksi 5,32 persen year-on-year (yoy). Sedangkan dibandingkan kuartal-I 2020, atau quarter-to-quarter, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi 4,19 persen.

“Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi semester-I 2020 dibandingkan semester-I 2019 terkontraksi 1,26 persen,” kata Kepala BPS Suhariyanto, Rabu (5/8).

Ekonomi RI kuartal-II 2020 atas dasar harga konstan (ADHK) tercatat sebesar Rp 2.589,6 triliun. Sedangkan berdasarkan atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp 3.687,7 triliun.

Kecuk, sapaan Suhariyanto, menjelaskan, ekonomi Indonesia yang mengalami kontraksi tidak lepas dari berbagai peristiwa yang melatarbelakangi. Salah satunya, kebijakan berbagai negara untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Selain itu, harga komoditas migas dan hasil tambang yang secara umum mengalami penurunan baik kuartalan maupun tahunan. Kecuk mencontohkan, harga minyak mentah Indonesia atau ICP pada kuartal-I 2020 di level USD 52,07 per barel.

“Pada kuartal-II 2020 harganya jatuh ke USD 27,67 per barel, atau turun 46,86 persen qtq dan turun 57,95 persen yoy,” katanya.

Kemudian, akibat pandemi Covid-19, ekonomi mitra dagang RI pada kurtal-II mengalami kontraksi, kecuali Tiongkok. Pada kurtal-I 2020 ekonomi Tiongkok memang tumbuh negatif 6,8 persen.

Namun, pada kurtal-II 2020 ekonomi Tiongkok sudah pulih dan tumbuh 3,2 persen. “Share ekspor ke Tiongkok 20,28 persen,” ucap Kecuk.

Amerika Serikat (AS) mitra dagang RI dengan share terbesar kedua setelah Tiongkok, juga mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi. Share ekspor ke AS sebesar 11,42 peren.

“Kuartal-II 2020 ekonomi AS terkontraksi 9,5 persen. Demikian juga dengan Singapura yang pangsa ekspornya 5,7 persen, dia mengalami kontraksi 12,6 persen,” imbuh Kecuk.

Pada periode sama, Korea Selatan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi 2,9 persen, Hongkong kontraksi 9 persen, dan Uni Eropa mengalami kontraksi 14,4 persen.

Selain turunnya ekonomi mitra dagang RI, kontraksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal-II juga terlihat dari rendahnya inflasi. Pada kuartal-II, inflasi tercatat hanya 0,32 persen qtq dan 1,96 persen yoy,

“Relatif rendah dibandingkan posisi sama thaun lalu di 3,29 persen. Fenomena perlambatan inflasi mengarah deflasi terjadi di banyak negara karena rendahnya permintaan dan terganggunya pasokan,” ungkap Kecuk.

Di sisi lain, realisasi APBN pada kuartal-II 2020 mencapai Rp 616,54 triliun (22,51 persen dari pagu yang sebesar Rp 2.739,17 triliun). Realisasi ini naik dibandingkan kuartal-II 2019 yang sebesar Rp 582,64 triliun (23,67 persen dari pagu Rp 2.461,11 triliun).

“Ini dikarenakan naiknya realisasi belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah dan dana desa (TKDD). Kenaikan realisasi belanja pemerintah pusat dipicu belanja bantuan sosial yang naik 55,87 peren, dan kenaikan belanja modal meski tipis yakni 0,39 persen,” jelas Kecuk.

Peristiwa lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2020 adalah produksi dan penjualan mobil, penjualan sepeda motor, produksi dan pengadaan semen, serta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).

Pada kuartal-II 2020, produksi mobil turun 87,34 persen qtq dan turun 85,02 yoy. Sedangkan penjualan mobil secara whole sales turun 89,85 persen qtq dan 89,44 persen yoy.

“Ini akan berpengaruh ke industri alat angkutan, perdagangan, dan konsumsi rumah tangga untuk golongan menengah atas,” terang Kecuk.

Sementara itu, penjualan sepeda motor mengalami penurunan 80,06 persen qtq dan 79,70 persen yoy. Produksi semen turun 18,8 persen qtq dan 9,08 persen yoy, sedangkan pengadaan semen dalam negeri turun 15,09 persen qtq dan 7,69 persen yoy.

“Ini bisa dilihat dampaknya kepada sektor konstruksi yang akan mengalami kontraksi,” katanya.

Terakhir, kunjungan wisman pada kurtal-II 2020 hanya mencapai 482.650 kunjungan. Realisasi ini turun 81,49 persen qtq dan turun 87,81 persen yoy.

“Dampaknya ke sektor-sektor pendukung, seperti transportasi, tingkat penghunian kamar, dan ekonomi kreatif seperti kriya, kuliner, dan sebagainya,” pungkasnya.(jpg)

Update