Kamis, 28 Maret 2024

Sepeda Lipat Kreuz, si “Brompton dari Indonesia”

Berita Terkait

Kreuz bermula dari tas aksesori sepeda dan keinginan yang tak sampai. Sehari bisa menerima 300 pesanan, padahal baru mampu memproduksi 15 unit sebulan.

PESAN yang masuk ke ponselnya itu membuat Yudi Yudiantara terkejut, senang, tapi sekaligus juga bingung. Betapa tidak, si pengirim pesan lewat WhatsApp itu mengaku sebagai sekretaris pribadi (Sespri) Presiden Joko Widodo.

’’Ini masak presiden yang pesen,” kata Yudi menceritakan kebingungannya setelah menerima pesan tiga bulan lalu itu.

Pesan yang dimaksud adalah pesan sepeda. Bersama partnernya, Juju Junaedi, Yudi adalah penggagas sepeda lipat Kreuz.

Semuanya baru klir beberapa hari kemudian. Yudi diundang ke Istana Bogor, tempat Presiden Jokowi tinggal, untuk bertemu langsung dengan presiden ke-7 Indonesia tersebut.

Setelah berdiskusi, khususnya terkait warna, akhirnya Yudi sepakat menerima pesanan dari Jokowi itu. Tiga hari sebelum perayaan Kemerdekaan Ke-75 Indonesia, sepeda pesanan Jokowi sudah diselesaikan dan dikirim ke Bogor.

Ada dua unit sepeda Kreuz yang dipesan Jokowi. Yang pertama, bagian depan berwarna putih dan belakang berwarna merah. Untuk sepeda satunya lagi, warnanya merah di bagian depan dan putih di belakang.

Bersama dua sepeda lain merek Polygon dan Element, lewat akun Instagram resminya, Jokowi memperkenalkan sepeda pesanannya itu sehari sebelum memimpin peringatan HUT Ke-75 Kemerdekaan Indonesia. Sekaligus menjajalnya untuk gowes pada Minggu pagi (16/8) di Kebun Raya Bogor.

Dua sepeda pesanan Jokowi. (YUDI YUDIANTARA FOR JAWA POS)

Cerita Kreuz bermula dari tas aksesori sepeda dengan merek Pannier. Yudi mulai memproduksi tas tersebut pada 2018. Awal 2019 dia melakukan touring ke Gunung Bromo, Jawa Timur, dengan menggunakan tas tersebut. Hasilnya, teruji cukup kuat.

Nah, pada Oktober 2019, ada festival yang pesertanya banyak pengguna Brompton. Sudah lama Yudi ingin memajang tas produknya itu di sepeda merek tersebut.

Tapi, apa daya, dompet tak sampai. ’’Boro-boro beli Brompton. Mahal,” tuturnya kepada Jawa Pos (grup Batampos Online) (16/8).

Dari keinginan yang tak sampai itu, Yudi bersama Juju berinisiatif membuat replika sepeda lipat menyerupai Brompton. Tujuan awalnya sama: untuk memajang tas Pannier tadi.

Pada awal 2020 prototipe sepeda buatan tangan itu pun jadi. Maret produksi dimulai. Yudi menuturkan, awal membuka pemesanan, ada delapan order yang masuk.

Lalu, popularitas Kreuz terus menanjak. Orang-orang menyebutnya ’’Brompton dari Indonesia” dengan harga yang lebih terjangkau. Menurut Yudi sekitar Rp 10–25 juta.

Pesanan pun terus bertambah. Yudi sampai kewalahan menerima order melalui teleponnya. Hingga akhirnya dia terpaksa menutup order atau pesanan sepeda Kreuz. ’’Sehari bisa 300 orang (yang pesan, Red),’’ jelasnya.

Padahal, kapasitas produksi mereka saat ini masih sedikit. Hanya sekitar 15 sepeda dalam sebulan. Sebab, sepeda itu dibuat secara handmade (buatan tangan).

Dia merencanakan September 2020 mulai merambah ke fabrikasi. Perubahan itu kelak diharapkan bisa menggenjot kapasitas produksi sampai 50 unit per bulan.

Syukur-syukur jika bisa tembus sampai 100 unit sepeda dalam sebulan. Dengan begitu, order yang sudah masuk untuk periode 2023 bisa ditarik ke awal 2021.

Yudi menjamin, meskipun kelak menggunakan konsep fabrikasi, kualitas produksi tidak akan berkurang. Perubahan itu dilakukan semata demi bisa menambah unit yang diproduksi.

Proses produksinya nanti juga tetap melibatkan banyak orang. Seperti Brompton yang saat ini juga diproduksi dengan sistem fabrikasi.

Saat ini, Yudi menyebut hanya menerima kustomisasi dari pesanan untuk pewarnaan. Seperti halnya sepeda yang dipesan Jokowi tadi.

Komponen sepeda dibuat sendiri. Komponen besar yang mereka buat sendiri itu adalah frameset. Terdiri atas, mainframe, fork, handlepost, dan triangle.

Kemudian, bagian atau part kecil yang dia buat adalah elastomer, seat clamp, catcher, stopper, dan pelindung kabel. Untuk komponen lain, dia membeli produk yang sudah jadi. Misalnya, sadel gear, velg, dan rem.

Tantangan memproduksi sepeda, khususnya sepeda lipat, adalah masalah presisi. Misalnya, jika ada salah sedikit saja pada bagian engsel, itu akan menimbulkan kesulitan melipat sepeda. Tantangan lain, kata Yudi, melatih sumber daya manusia yang terlibat dalam produksi.

Untuk bahan utama pembuatan sepeda, Yudi mengatakan tidak susah. Dia menggunakan material besi chromoly. Bahkan, ada produsen yang langsung menawarkan produk besi chromoly ke mereka.

Begitu pula urusan modal. Menyusul ramainya pesanan, banyak pihak yang menawarkan ikut tanam modal.

Yudi dan Juju memang sudah menyiapkan sejumlah rencana. Salah satu yang masih wacana adalah pembukaan cabang produksi di Surabaya. ’’Kami juga berencana memproduksi sepeda touring,” katanya.

Tapi, untuk saat ini Yudi mensyukuri apa yang sudah diraih. Dia juga berterima kasih sekali kepada Presiden Jokowi atas apresiasinya untuk produk mereka meski tak mau menyebut berapa harga sepeda pesanan orang nomor satu di pemerintahan Indonesia tersebut.

Di akun Instagram resminya, Jokowi memang memamerkan foto sepeda Kreuz, Polygon, dan Element. Dengan ditambahi teks, ’’Semuanya buatan Indonesia.”

Yudi tentu saja bangga. Kebanggaan yang juga sudah tercantum di nama produk sepedanya: Kreuz. ”(Asal Kreuz dari) Kareus. Bahasa Sunda (artinya, Red) kebanggaan,’’ jelasnya.

Tapi, lanjut Yudi, Kreuz juga bisa berupa akronim. ’’Kreasi Urang Zunda, hahaha,” katanya.(jpg)

Update