Kamis, 25 April 2024

Pengembangan Model Inkubator Technopreneurship Berbasis E-Commerce pada Perguruan Tinggi

Berita Terkait

Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat mempersiapkan diri menjadi agen perubahan khususnya dalam menghadapi masalah pengangguran dan kemiskinan yang sampai saat ini masih terus meningkat bahkan dengan pengaruh wabah covid 19 yang sedang melanda dunia, telah menporak porandakan perekonomian negara diduni saat ini termasuk Indonesia, akibatnya terjadi PHK besar besaran dari usaha kecil hingga menengah.

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan suatu model pengembangan inkubator technopreneurship berbasis e-commerce yang valid, praktis dan efektif dalam menumbuhkan semangat, keberanian dan kepercayaan diri (berjiwa dan bermental wirausaha) bagi mahasiswa dengan didasari oleh pengetahuan dan keterampilan yang sesuai, memiliki kemampuan manajemen usaha yang baik serta didukung dengan teknologi yang handal untuk berwirausaha (pencipta lapangan kerja).

Menurut data BPS 2020, Jumlah angkatan kerja pada Februari 2020 sebanyak 137,91 juta orang terdiri dari bekerja sebanyak 131,03 juta orang dan yang menganggur sebanyak 6,88 juta orang menganggur. Penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2020 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah (SD ke bawah) sebanyak 50,96 juta orang (38,89 persen).

Sementara itu persentase penduduk bekerja yang berpendidikan tinggi (Diploma dan Universitas) hanya sebesar 13,02 persen. Dibandingkan Februari 2019
Tingginya tingkat angka pengangguran tersebut disebabkan oleh:

1) Setiap tahun perguruan tinggi menghasilkan ratusan ribu alumni yang cenderung              mencari lowongan kerja.

2) Kebutuhan tenaga kerja oleh dunia usaha dan industri jauh lebih kecil dibanding              jumlah pencari kerja.

3) Keterampilan pencari kerja tidak sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri          (DUDI).

4) Terjadinya disrupsi yaitu perubahan akibat kemajuan teknologi telah banyak                    menggantikan fungsi manusia sebagai akibat dari perkembangan teknologi digital            berbasis internet (Internet of Thing) sistem kontrol dan otomatisasi.

5) Terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Lulusan perguruan tinggi diharapkan tidak hanya menjadi tenaga kerja yang unggul dan kompetitip dalam memasuki Dunia Usaha dan Industri (DUDI), namun juga perlu dibekali kemampuan berwirausaha yang handal untuk mengantisapasi keterbatasan kebutuhan tenaga kerja dan mewujudkan kemandirian dalam berwirausaha.

Untuk itu diperlukan suatu model pembinaan dan pengembangan yang praktis dan efektif dalam membantu para mahasiswa menumbuhkan semangat dan jiwa kewirausahaannya sehingga dapat menghasilkan generasi unggul yang kreatif dan inovatif, mau dan mampu berwirausaha, yang pada gilirannya dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat dan berdampak pada penurunan pengangguran dan kemiskinan khususnya bagi lulusan perguruan tinggi.

Sebagai upaya untuk membangun semangat dan kemampuan kewirausahaan, pemerintah telah mendorong perguruan tinggi untuk membuka dan mengembangkan model Inkubator Bisnis Teknologi (IBT).

Sebagaimana yang tertuang dalam peraturan presiden republik Indonesia nomor 27 tahun 2013 tentang pengembangan inkubator wirausaha dan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Republik Indonesia Nomor 24/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Penyelenggaraan Inkubator wirausaha.

Inkubator bisnis (technopreneurship) adalah suatu wadah yang dapat menyediakan fasilitas bagi kegiatan pembinaan dan pengembangan jiwa kewirausahaan dan kemampuan mengelola usaha dari berbagai aspek, baik aspek teknis dan tekonologi maupun aspek manajemen.

Seperti, penyususunan bisnis plan, proses produksi, pemasaran, finansial, administrasi yang didukung dengan penggunaan teknologi dan akses permodalan.

Inkubator technopreneurship memberikan layanan program inkubasi dalam berwirausaha yang didesain untuk mempercepat keberhasilan pengembangan usaha para peserta inkubasi melalui rangkaian kegiatan pembinaan, pendampingan dan pengembangan yang memiliki manajemen organisasi dan keuangan sesuai standar pengelolaan perusahaan yang baik, serta menjadi perusahaan yang sustainable dan profitabel, hingga akhirnya memiliki dampak positif bagi masyarakat yakni terbukanya kesempatan kerja.

Hendarman (2011) menyatakan bahwa Program Pembinaan Wirausaha Mahasiswa dapat membuka wawasan, kemampuan dan sikap mahasiswa dalam berwirausaha, serta membuka lapangan kerja bagi masyarakat.

Permasalahan teknis dan manajemen yang dialami oleh para pengusaha pemula (starup) adalah takut terhadap resiko, tidak percaya diri, tidak memiliki kemampuan manajemen, pemasaran produk atau jasa yang ditawarkan.

Umumnya para pemula berfikir besarnya modal yang diperlukan terkait dengan bagaimana mendapatkan tempat yang strategis. bagaimana mendapatkan dan meningkatkan jumlah pelanggan serta bagaimana memperluas wilayah pasar dan bagaimana menghadapi pesaing.

Diera industri 4.0 ini, yang ditandai dengan berbagai aktivitas telah terhubung dengan teknologi internet (internet of things) dimana bebrbagai kegiatan manusia telah tergantikan oleh sistem teknologi yang bekerja secara otomasi dan terintegrasi yang bertujuan meningkatkan efisiensi, produktifitas dan efektifitas dari suatu proses binis.

Salah satunya yang sangat dirasakan saat ini adalah teknologi e-commerce yaitu sebuah system teknologi dimana trankasi dan layanan jual beli dapat dilakukan secara virtual atau online dengan menggunakan elektronik melalui jaringan internet, sehingga proses bisnis menjadi lebih mudah dan murah dengan jangkauan informasi tanpa batas serta layanan transaksi 24 jam.

Sebelumnya proses transaksi bisnis harus dilakukan secara ofline (face to face) sehingga para pengusaha harus menyiapkan sarana, prasarana, SDM, lokasi strategis dan faktor pendukung yang memadai dengan modal yang sangat besar.

Jenis-jenis e-commerce meliputi; Bisnis to Bisnis (B2B), Bisnis to Cotomer (B2C), dan Costumer to Bisnis (C2B), Costumer to Costumer (C2C).

Metode pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah model penelitian dan pengembangan ADDIE (Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi).

Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif kevalidan, kepraktisan dan keefektifan terhadap model inkubator technopreneurship berbasis e-commerce.

Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian dan pengembangan menggunakan pendekatan ADDIE sebagai berikut:

Pertama Tahap Analysis yaitu peneliti melakukan analisis kebutuhan (need analysis) terhadap model inkubator teknopreneuship berbasis e-commerce berdasarkan tanggapan mahasiswa dan pihak manajemen (sebagai responden) yang diperoleh dari angket yang disebarkan.

Kedua tahap Design yaitu peneliti melakukan perancangan model inkubator teknopreneuship berbasis e-commerce dengan mengacu pada konsep model Inkubator Bisnis Teknologi (IBT).

Ketiga tahap Development yaitu peneliti melakukan pengembangan model inkubator berbasis teknopreneuship dengan melakukan uji validitas dan kepraktisan melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan melibatkan sejumlah pakar dibidang praktisi kewirausahaan, pengelola inkubator kewirausahaan, akademisi dibidang model dan ahli bahasa Indonesia.

Keempat tahap Implementation yaitu melakukan pengujian terbatas dengan mengimplementasikan model inkubator teknopreneuship yang telah dikembangkan kepada mahasiswa peserta mata kuliah kewirausahaan sebanyak 50 mahasiswa yang terbagi kedalam 10 kelompok.

Kelima tahap Evaluation yaitu melakukan analisa untuk mengetahui tingkat praktikalitas dan efektifitas terhadap hasil implementasi model inkubator bisnis yang telah didesain.

Hasil uji coba model telah dilakukan pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Ibnu Sina Batam sebagai berikut:

1) Dari hasil penilaian validator terhadap instrumen validasi yaitu:

a) Validasi model inkubator dari segi aspek rasional, teori pendukung, tujuan pengembangan, sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak instruksional dan dampak pengiring dengan total nilai rata rata sebesar 0.89 dengan kategori valid. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen pengumpulan data layak digunakan.

b) Validasi panduan inkubator terhadap aspek kelayakan konten (isi), aspek kelayakan konstruk dan aspek bahasa memiliki rata-rata total skor V aiken 0.90 dengan kategori valid. Hal tersebut menunjukkan bahwa panduan inkubator technopreneurship berbasis e-commerce telah memenuhi kriteria kelayakan konten, konstruk dan Bahasa, maka layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

c) Validasi panduan tenant dengan total skor rata-rata sebesar 0.90 dengan kategori valid. Hal tersebut menunjukkan bahwa panduan tenant telah memenuhi kriteria kelayakan konten, konstruk dan bahasa maka layak digunakan dalam penelitian ini.
Hasil uji praktikalitas dan efektifitas.

1) Hasil analisa terhadap praktikalitas model inkubator technopreneurship berbasis e-commerce dengan skor rata-rata Tingkat Capaian Responden (TCR) sebesar 93.2% dengan kategori sangat praktis.

Untuk panduan inkubator dengan skor rata-rata TCR sebesar 90% dengan kategori sangat praktis dan untuk panduan tenant dengan skor rata-rata 92,2% dengan kategori sangat praktis.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengembangan model inkubator technopreneurship berbasis e-commerce adalah praktis yakni mudah dipahami dan dapat diimplementasikan dengan baik.

2) Hasil analisis efektivitas pelaksanaan model inkubator melalui pretest dan post test pada aspek kognitif dengan nilai pretest rata-rata 78.90 dan post test 85.50 pada tingkat signifikansi 2 tailed 0,00 < 0,05 dengan kategori sangat efektif.

Hal tersebut menunjukkan bahwa model inkubator yang dikembangkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kewirausahaan mahasiswa sehingga menjadi motivasi yang kuat dalam memulai menjalankan suatu ide usaha b) pada aspek afektif diperoleh nilai rata-rata pretest 79.40 dan post test 88.50 pada tingkat signifikansi 2 tailed 0.00 < 0,05 dengan kategori sangat efektif.

Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan model inkubator technopreneurship berbasis e-commerce dapat meningkatkan semangat dan jiwa wirausaha mahasiswa yaitu sikap kemauan dan keberanian untuk memulai dan mengambil resiko, percaya diri, kreatif dan inovatif, jujur dan komitmen, aktif dalam komunikasi dan koordinasi (kepemipinan), berorientasi tugas dan hasil.

Untuk aspek psikomotorik, penilaian dilakukan terhadap kemampuan pelaksanaan tugas penyusunan bisnis plan, penggunaan teknologi e-commerce dan hasil pelaksanaan usaha yang dirancang.

Hasil evaluasi dengan menggunakan fortofolio menunjukkan bahwa para mahasiswa yang tergabung dalam inkubator technopreneurship ini telah berhasil melaksanakan kegiatan usahanya sesuai pada bisnis plan yang telah dirancang yang didukung oleh penggunaan teknologi e-commerce.

Hal ini menunjukkan bahwa para mahasiswa yang telah mengikuti program inkubator tersebut telah memiliki kemampuan keterampilan yang sangat baik dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Kebaruan dari model inkubator technopreneurship berbasis e-commerce ini adalah sebagai berikut:

1) Seluruh mahasiswa yang sedang memprogramkan dan mengikuti mata kuliah kewirausahaan wajib menjadi peserta inkubator.

2) Program inkubator technopreneurship pada fase inkubasi berfungsi sebagai laboratorium.

3) Konsep pembiayaan pada tahap awal proses inkubasi dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa disesuaikan dengan kebutuhan kemampuan kelompok.

Setelah program tahap awal berhasil barulah diberikan bantuan pembiayaan melalui berbagai program diantaranya dana hibah dikti, CSR dari industri mitra, perbankan dan dana hibah dari masyarakat. Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap perubahan mental atau jiwa wirausaha mahasiswa berdasarkan semangat kerja dan tingkat capaian program.

4) Pada pasca inkubasi dilanjutkan dengan program kemitraan (program pendampingan dan pengembangan) sebagai upaya memberikan jaminan keberlanjutan (sustainablelity) untuk pertumbuhan dan perkembangan usaha tenant, hal ini ditujukan untuk mempercepat pertumbuhan dan pengembangan usaha tenant dengan dukungan sarana dan prasara, manajemen dan jaringan bisnis Lembaga serta akses permodalan.
Berikut model inkubator teknopreneurship hasil pengembangan yang dilakukan.

Implikasi Hasil Penelitian:

Hasil penelitian ini menghasilkan suatu model inkubator dan pengembangan usaha tenant (mahasiswa sebagai peserta inkubator) yang memberikan implikasi terhadap tumbuhnya semangat dan jiwa wirausaha mahasiswa yang kuat untuk berwirausaha.

Model ini diharapkan dapat diterapkan pada setiap program studi pada suatu perguruan tinggi, sehingga setiap mahasiswa mendapatkan kesempatan pembinaan dan pengembangan karakter (jiwa) wirausaha yang tinggi.

Dengan demikian potensi untuk melahirkan generasi yang berjiwa wirausaha setiap tahunnya terbuka lebar.

Bagi mahasiswa yang memilih menjadi karyawan pun telah memiliki bekal keterampilan dan jiwa wirausaha kreativitas dan inovasi yang tinggi yang dapat menunjang kesuksesan dalam karirnya.

Penggunaan teknologi e-commerce dalam mendukung kegiatan operasional dan layanan informasi perusahaan baik dalam hal promosi, pemasaran, transaksi, distribusi, perluasan pasar dan jejaring dapat dilakukan dengan mudah melalui media elektronik berupa website dan media sosial lainnya seperti Instagram, facebook dan lainnya.

Pada pasca inkubator, mahasiswa (tenat) yang usahanya telah berjalan dengan baik tetap mendapatkan pendampingan secara berkelanjutan dalam bentuk kemitraan. Pada fase ini dilanjutkan dari proses inkubator ke proses pengembangan dengan tujuan utuk menjaga kestabilan dan mempercepat pertumbuhan serta perkembangan usaha para tenant.

Dengan demikian akan menjadi motivasi yang kuat bagi mahasiswa karna mereka terus didampingi dan difasilitasi, sehingga resiko usaha lebih terkendali karena dibantu oleh tim dan mentor yang berpengalaman dengan jejaring yang luas termasuk akses permodalan.

Proses pembinaan dan pengembangan yang diawali dari proses inkubator hingga pengembangan secara berkelanjutan diperlukan suatu lembaga yang dibentuk khusus untuk itu yaitu Pusat Inkubator dan Pengembangan Usaha Mahasiswa (PIPUM) dimana dalam system manajemen pengelolaannya dilakukan dalam bentuk kemitraan, sehingga kedua pihak saling bersinergi tumbuh dan berkembang.

Dengan demikian sebelum menjadi alumni para mahasiswa telah memulai dan sukses dalam berwirausaha sehingga setelah menjadi alumni tidak lagi berpikir menjadi karyawan melainkan bagaimana terus memperluas usahanya dengan merekrut tenaga kerja (membuka lapangan kerja), sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Melalui Pusat Inkubator dan Pengembangan Usaha Mahasiswa (PIPUM) ini diharapkan akan lahir teknopreneur berpendidikan tinggi yang unggul.

Dengan menjadi technopreneurship muda dan terdidik yang akan berperan sebagai salah satu penggerak perekonomian melalui penciptaan lapangan kerja baru, sehingga pada gilirannya dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing ekonomi bangsa. Aamiin.

Ujian Tertutup Disertasi Larisang– Foto pelaksanaan Promosi Doktor Ujian Tertutup Disertasi pada saat pandemik COVID-19 menggunakan aplikasi Zoom. 19 Agustus 2020

Artikel ini ditulis oleh Dr. Ir. Larisang, MT. IPM
(larisanng02@gmail.com) berdasarkan disertasi untuk penyelesaian Program Doktor (S3) Pendidikan Teknologi Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (UNP) dengan Tim Promotor Prof. Dr. Niswardi Jalinus, M.Ed. dan Co-Promotor Dr. H. Sukardi. MT.
Telah dinyatakan lulus pada sidang ujian tertutup tanggal 19 Agustus 2020 pukul 10.00 dihadapan Tim Penguji yaitu Prof. Ganefri Ph.D. (Rektor UNP), Dr. Fahmi Rizal M.Pd., M.T. (Dekan FT UNP), Prof. Dr. Ambiyar, M.Pd. (Kaprodi S3 PTK/Penguji 1 Internal UNP), Prof. Dr. Wakhinuddin, M.Pd. (Penguji 2 Internal UNP), Prof. Dr. Ambiyar M.Pd. (Penguji 3 Internal UNP), Prof. Dr. Heri, SE, MBA. (Penguji Eksternal dari Universitas Andalas).

Update