Jumat, 29 Maret 2024

Emas, Cabai Merah dan Biaya Sekolah Menjadi Penyebab Inflasi di Provinsi Kepri

Berita Terkait

batampos.co.id – Pada Agustus 2020, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kepulauan Riau (Kepri) secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,04 persen mont to mont (mtm), meningkat dibandingkan Juli 2020 yang mengalami deflasi sebesar -0,11 persen (mtm).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepri, Musni Hardi, mengatakan, komoditas utama penyumbang inflasi pada Agustus 2020 adalah emas perhiasan, biaya sekolah tingkat TK dan cabai merah.

“Sementara itu, IHK Nasional tercatat mengalami deflasi sebesar -0,05% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,10% (mtm),” katanya, Jumat (4/9/2020).

Kata dia, secara tahunan, Kepri mengalami deflasi sebesar -0,30% years on years (yoy). Lebih rendah dibandingkan Juli 2020 yang mengalami deflasi sebesar -0,33% (yoy).

Ia melanjutkan, IHK secara tahunan juga lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan Nasional pada Agustus 2020 sebesar 1,32% (yoy).

Dengan demikian, inflasi Kepri pada Agustus 2020 masih berada di bawah kisaran sasaran inflasi tahun 2020 sebesar 3 ± 1% (yoy).

“Inflasi di Kepri pada Agustus 2020 didorong oleh peningkatan harga pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya serta kelompok pendidikan. Meskipun tertahan oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau,” tuturnya.

ilustrasi

Kata dia, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya pada Agustus 2020 mengalami inflasi sebesar 2,46% (mtm) dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,16% (mtm).

Komoditas utama penyumbang inflasi lanjutnya, pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya adalah emas perhiasan yang mengalami inflasi 9,82% (mtm) dengan andil 0,15% (mtm), sejalan peningkatan harga emas dunia.

“Kelompok pendidikan juga tercatat mengalami inflasi sebesar 2,30% (mtm) dengan andil sebesar 0,14% (mtm), didorong oleh inflasi biaya pendidikan pada tahun ajaran baru khususnya tingkat TK dan SMA masing-masing sebesar 18,94% (mtm) dan 3,73% (mtm) dengan andil masing-masing sebesar 0,08% (mtm) dan 0,03% (mtm),” tuturnya.

Namun lanjutnya, laju inflasi pada Agustus 2020 tertahan oleh deflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang tercatat sebesar -1,17% (mtm).

Dengan andil sebesar -0,33% (mtm), utamanya bersumber dari penurunan harga komoditas daging ayam ras dan bayam.

“Daging ayam ras mengalami deflasi sebesar -4,99% (mtm) dengan andil -0,09% (mtm), seiring lancarnya pasokan ditengah permintaan yang masih rendah dari pelanggan hotel dan rumah makan,” jelasnya.

Ia mengatakan, komoditas bayam juga tercatat mengalami deflasi -27,21% (mtm) dengan andil sebesar -0,07% (mtm), didorong oleh tercukupinya pasokan di pasar.

“Secara spasial, Kota Batam dan Kota Tanjungpinang mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,02% (mtm) dan 0,12% (mtm),” tuturnya.

Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan Kota Batam dan Kota Tanjungpinang tercatat mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,35% (yoy) dan -0,03% (yoy).

Komoditas utama penyumbang inflasi di Kota Batam adalah emas perhiasan, taman kanak-kanak dan cabai merah.

Sementara itu, komoditas utama penyumbang inflasi di Kota Tanjungpinang adalah emas perhiasan, angkutan udara dan cabai merah.(*/esa)

Update