Jumat, 19 April 2024

Imbas Pandemi Covid-19, Kehidupan Malam di Singapura Terpukul

Berita Terkait

batampos.co.id – Sejumlah pengelola kehidupan malam di Singapura mulai berpikir untuk alih profesi. Mereka tak bisa lagi beroperasi karena aturan penanganan pandemi Covid-19. Kehidupan malam di Singapura seolah tutup permanen selama pandemi.

Salah satunya adalah Kloud Karaoke Lounge yang belum dapat dibuka kembali selama sekitar setengah tahun sejak pemutus sirkuit (Circuit Breaker) selama dua bulan yang dimulai pada April. Kelab malam dan tempat karaoke adalah area berisiko tinggi penyebaran Covid-19.

Dikhawatirkan akan tutup secara permanen bulan depan jika keadaan tidak membaik karena pandemi berlarut-larut. Paling memberatkan adalah biaya sewa ruang karaoke.

“Setiap hari ada penutupan, tapi kami harus menanggung biaya sewa,” kata Direktur Kloud Karaoke Lounge, Ronald Ng seperti dilansir dari Straits Times, Rabu (21/10).

“Pemilik mengejar kami untuk disewakan, dan itu bukan jumlah yang kecil. Saya tidak tahu apakah kami bisa bertahan sampai bulan depan,” ujarnya.

Hal-hal menjadi mengerikan bagi beberapa operator kehidupan malam, tanpa kepastian kapan mereka dapat membuka kembali. Sebab pemerintah Singapura pada Selasa (20/10) menunjukkan bahwa bisnis mereka tidak dapat dilanjutkan bahkan pada awal fase tiga pembukaan kembali Singapura hingga akhir tahun. Sejumlah pengelola memilih beralih ke lini bisnis lain untuk tetap bertahan.

Dalam jajak pendapat oleh Asosiasi Bisnis Kehidupan Malam Singapura dan Afiliasi Hiburan Singapura, yang mewakili operator karaoke, menunjukkan bahwa kurang dari 10 persen responden mengatakan mereka akan bertahan hingga akhir Oktober. Sementara bisnis yang lebih besar mampu menanggung biaya finansial. Bisnis yang lebih kecil seperti perusahaan hiburan Phat Cat Collective merasakan kesulitan.

Salah satu pendiri, Francesca Way, dan rekan-rekannya telah bekerja untuk mengubah dua bar menjadi gerai makanan dan minuman. Phat Cat Collective mengelola dua bar arcade bertema retro di Tanjong Pagar dan Rochor. Way merasa prihatin dalam menanggung biaya finansial.

“Membangun sesuatu seperti peralatan dapur membutuhkan biaya lebih dari lima digit,” tambahnya.

Untuk beberapa bisnis besar beralih ke ruang serba guna yang lebih fleksibel. Namun, CEO Zouk Group, Andrew Li mengatakan bahwa proses mendapatkan berbagai lisensi dari pihak berwenang masih sulit. Dia mencontohkan banyaknya agensi yang ingin mengubah lantai dansa Zouk menjadi bioskop di malam hari.

“Syukurlah, pemerintah telah sangat mendukung dan memastikan kami melakukan langkah-langkah jarak sosial yang memadai untuk setiap konsep baru,” jelasnya.

Beberapa operator karaoke juga berusaha bertahan hidup dengan cadangan yang semakin menipis. Mereka juga kesulitan dalam mendapatkan persetujuan untuk mengubah izin usaha. Misalnya ada juga yang mengubah ruang karaoke menjadi kantor. Sejumlah jaringan karaoke populer juga telah menutup dua dari 14 gerainya sejak 27 Maret.(jpg)

Update