Jumat, 29 Maret 2024

Model PBPTeFa Solusi untuk Pembelajaran Berbasis Produk dengan Pendekatan Teaching Factory di Era Disrupsi

Berita Terkait

Dr. John Friadi, S.Kom., M.Si

Pendidikan vokasi di Indonesia terus berkembang dan masih harus ditingkatkan serta menjadi perhatian dan prioritas sehingga pemerintah membentuk pos baru di Kemendikbud yaitu Ditjen Pendidikan Vokasi berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 tahun 2019.

Berbagai tantangan masih dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi, apalagi di era disrupsi saat ini menuju era society 5.0.

Kota Batam di Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu kota dengan letak yang strategis berada di jalur pelayaran dan perdagangan internasional serta memiliki jarak yang dekat dengan Singapura dan Malaysia sehingga dalam perkembangannya Kota Batam menjadi kota industri, perdagangan, pelabuhan dan pariwisata.

Dengan perkembangan Kota Batam sebagai kota industri dan perdagangan tentu membutuhkan lulusan vokasi yang mempunyai kompetensi keahlian, keterampilan dan profesional dibidangnya dan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.

Tantangan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian, keterampilan dan profesional yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri menjadi tantangan sendiri termasuk menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa mandiri dan  kewirausahaan.

Model pembelajaran yang ada saat ini juga dirasakan kurang menarik, masih menggunakan metode ceramah, teacher-centre dimana siswa menjadi peserta pasif yang hanya mendengar dan mencatat materi yang diberikan, tidak membuat siswa untuk lebih berkreativitas dan lebih tertantang untuk menghasilkan suatu produk yang dapat memenuhi kebutuhan dunia usaha dan industri dan bernilai wirausaha seperi produk aplikasi digital, masih banyak menitik beratkan pada pemberian keterampilan yang bersifat sepotong-sepotong, tidak menyeluruh.

Hampir semua proses pembelajaran dijalankan secara rutinitas, dimana siswa datang, guru hadir di depan kelas, memberikan penjelasan teori dan instruksional dalam melakukan praktik untuk membuat aplikasi dan selanjutnya menguji aplikasi dari produk yang sudah dihasilkan namun produk yang dihasilkan saat ini belum divalidasi oleh pihak industri sesuai kebutuhan mereka dan belum adanya media dan teknologi yang dapat menghubungkan dunia usaha dan industri berbasis teknologi informasi sehingga sekolah dan dunia usaha serta industri tetap bisa berkomunikasi dan berkolaborasi tanpa batas ruang, waktu dan tempat.

Perkembangan teknologi informasi ikut mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah, apalagi saat ini kita berada di era disrupsi revolusi industri 4.0 dimana pada era revolusi industri ini ditandai dengan digitalisasi dan otomasi di semua bidang termasuk pendidikan dimana terdapat akses yang sangat luas dan terbuka bagi siswa dan guru untuk belajar dan mendapatkan ilmu serta pelatihan sehingga mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan literasi digital dan pemahaman tentang teknologi dan informasi.

Manfaat dari digitalisasi ini semakin lebih terasa dan berdaya guna ketika saat ini dunia menghadapi masa pandemi covid-19 yang mengharuskan siswa dan guru melakukan kegiatan dari rumah.

Menurut Jalius (2017) menyatakan bahwa “Pendidikan kejuruan harus responsif terhadap perubahan dalam masyarakat. Dalam era perubahan yang cepat dari teknologi, pendidikan kejuruan harus memainkan banyak peran penting di dunia kerja”.

Menurut Munir (2009) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mengharapkan peserta didik untuk menerapkan keterampilannya, mampu beradapatsi pada bidang pekerjaan tertentu dan dapat menjadi wirausahawan dengan menciptakan peluang kerja.

Pendidikan kejuruan berorientasi pada pembudayaan, permberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian serta berbagai kecakapan hidup life skill. Pendidikan kejuruan harus berorientasi pada keahlian siap kerja sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia kerja.

Dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan. Ganefri (2013) menyatakan, “production-based learning model is defined as the procedure or step that need to performed by the educator to facilitates learnes to activately learn, participant and interact with a competency orientation to procedure a product either goods or service required”.

Model Pembelajaran berbasis produk merupakan proses pendidikan keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standard bekerja sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau jasa yang memenuhi standar dunia usaha dan industri serta masyarakat sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dengan bekerja lebih erat dengan industri, lembaga penddikan tidak hanya akan mampu menghasilkan lulusan yang lebih terampil, tetapi professional yang lebih mungkin berhasil di dunia kerja (Ball, Gleason dan Peterson, 2015).

Dan pastilah model pembelajaran berbasis produk ini sesuai dan cocok dengan konsep pendidikan kejuruan.

Seiring dengan perkembangan zaman, memasuki abad 21 dengan segala tantangannya maka diperlukan suatu pembekalan bagi para peserta didik yang disebut dengan keterampilan abadi 21 (21st century skills).

Pendidikan dan pelatihan kejuruan sejatinya memberikan banyak pilihan keterampilan sesuai minat siswa yang menyesuaikan perkembangan kebutuhan pasar kerja, oleh karena itu sebaiknya materi pendidikan yang diberikan masuk ke dalam konteks pendidikan sepanjang hayat (life-long learning).

Kementrian pendidikan dan kebudayaan mengungkapkan bahwa pendidikan maupun pelatihan kejuruan baik di jenjang pendidikan menengah dan tinggi wajib membekali siswanya dengan keterampilan yang lebih bersifat umum antara lain: kecakapan hidup dan karir, kecakapan belajar dan berinovasi dan kecakapan media informasi dan teknologi.

Tiga konsep pendidikan abad 21 telah diadaptasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk mengembangkan kurikulum Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Ketiga konsep tersebut adalah 21st Century Skill (Triling dan Fadel, 2009), Scientific Approach (Dyer, et. al., 2009) dan Authentic Learning dan Authentic Assessment (Wiggins dan Mc. Tighe, 2011).

Selanjutnya tiga konsep tersebut diadaptasi untuk mengembangkan pendidikan menuju Indonesia Kreatif 2045. Indonesia Kreatif ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan adanya pergeseran pekerjaan di masa datang. Piramid pekerjaan dimasa datang menunjukkan bahwa jenis pekerjaan tertinggi adalah pekerjaaan kreatif (creative work).

Sedangkan pekerjaan rutin akan diambil oleh teknologi robot dan otomasi. Pekerjaan kreatif membutuhkan intelegensia dan daya kreativitas manusia untuk menghasilkan produk-produk kreatif dan inovatif.

Keterampilan abad 21 adalah (1) life and career skill, (2) learning and innovation skill, (3) information media dan technology skill. Ketiga keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah skema yang disebut dengan pelangi keterampilan pengetahuan abad 21 atau disebut 21st century knowledge-skills rainbow (Triling dan Fadel, 2009).

Model Pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran dan hasil dari proses pembelajaran itu sendiri.

Untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaan proses pembelajaran itu sendiri agar tujuan yang diharapkan bersama bisa tercapai.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas. Menurut Arend (1997) juga menyatakan “The term teaching model refer to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system”.

Menurut (Joyce, Weil & Calhoun, 2014) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Model pembelajaran berbasis produk dengan pendekatan teaching factory yang akan menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan membuat produk sesuai kebutuhan dunia usaha dan industri (masyarakat)  dan memiliki jiwa mandiri dan kewirausahaan adalah sangat cocok buat kota Batam sebagai kota Industri dan perdagangan.

Namun model pembelajaran ini belum diimplementasikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Batam. Untuk itu adalah suatu hal yang sangat mendesak untuk mendekatkan dunia pendidikan dengan dunia usaha dan industri sehingga dapat saling berkomunikasi dan berkolaborasi yang tentu hal ini bukanlah perkara mudah mengingat masing-masing pihak mempunyai kegiatan dan aktivitas masing-masing.

Untuk saat ini dan masa akan datang proses pembelajaran sudah mulai beralih ke pembelajaran secara online dan digital dengan pemanfaatan teknologi informasi berbasis elearning sebagai sarana pendukung proses pembelajaran dan model pembelajaran berbasis produk dengan pendekatan teaching factory di era disrupsi yang dikembangkan ini juga memanfaatkan teknologi informasi berbasis elearning sehingga sangat membantu untuk mendekatkan dunia usaha dan industri dengan dunia pendidikan dimana pelaksanaan pembelajaran teaching factory menjadi lebih efektif dan efisien dan memudahkan pihak praktisi industri untuk tetap berkolaborasi dan berkomunikasi dengan pihak sekolah baik guru dan siswa sehingga proses link and match tetap bisa dilaksanakan dimana saja dan kapan saja tanpa batas ruang dan waktu serta sangat menghemat biaya yang cukup besar.

Berdasarkan permasalahan diatas dan dari survey pendahuluan serta analisis kebutuhan siswa, peneliti mengembangkan Model Pembelajaran Berbasis Produk (PBP) dengan Pendekatan Teaching Factory (TeFA) di era disrupsi (Model PBTeFa).

Rasionalisasi model dari pengembangan model pembelajaran ini dan yang membedakannya dari  model pembelajaran lain adalah model ini menghasilkan 6 sintak pembelajaran dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berintekrasi dengan guru dan praktisi dunia usaha industri dengan pemanfaatan teknologi informasi dengan tetap memerlukan pengawasan dan bimbingan guru, siswa memiliki kompetensi, keahlian dan profesionalisme sebagai designer, produsen dan evaluator,  prinsip gotong royong, kerjasama dan kolaborasi, model ini juga menghasilkan 4 produk sistem pendukung dan mempunyai dampak instruksional aspek kognitif, kemampuan technical skill, bekerjasama dan berkolaborasi (collaboration skill), literasi digital dan kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship) serta memiliki dampak pengiring seperti berpikir kritis dan analitis, mandiri, komunikatif dan percaya diri.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D) serta model prosedur pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Develop, Implementation and Evaluation) dan telah menghasilkan Pertama: Model Pembelajaran Berbasis Produk (PBPTeFa) dengan Pendekatan Teaching Factory (TeFa) di Era Disrupsi (Model PBPTeFa) adalah valid, praktis dan efektif yang telah diujicoba pada mata pelajaran pemrograman web dan perangkat bergerak pada jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang telah divalidasi oleh tim pakar yang hasilnya bahwa Model ini valid, praktis berdasarkan uji praktikalitas yang diberikan kepada siswa, guru dan praktisi industri, dengan nilai 83.60% (siswa), 81,20% (guru) dan 82.40% (praktisi industri) dan efektif berdasarkan dari uji efektivitas dengan melakukan perbandingan rata-rata nilai akhir evaluasi belajar kelas kontrol sebesar 72.42 dan kelas eksperimen 85.05 dimana terjadi peningkatan pada kelas eksperimen. Kedua: Model Pembelajaran Berbasis Produk (PBP) dengan Pendekatan Teaching Factory (TeFa) di Era Disrupsi (Model PBPTeFa) mempunyai kebaruan, keunggulan dan keandalan yang membedakaannya dengan model pembelajaran lainnya yaitu menghasilkan  6 sintak pembelajaran yaitu (1) Identifikasi dan analisis produk, (2) Merancang produk, (3) Membuat produk, (4) Menguji produk, (5) Mengevaluasi produk secara secara teratur (6) Membuat rencana bisnis produk; menghasilkan 4 produk sistem pendukung yaitu Buku Model, Buku Perangkat Pembelajaran, Buku Bahan Ajar dan Buku Panduan Pengguna Aplikasi Pembelajaran Digital untuk guru, siswa dan praktisi industri dimana Siswa juga memiliki kemampuan technical skill, bekerjasama dan kolaborasi (collaboration) dengan dunia usaha dan industri serta kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship) dan mandiri untuk mengembangkan dan mengelola usaha.

Ketiga: Model Pembelajaran Berbasis Produk (PBP) dengan Pendekatan Teaching Factory (TeFa) di Era Disrupsi (Model PBPTeFa) siswa akan memiliki pemahaman dan kemampuan merancang dan membuat produk yang bernilai kewirausahaan serta dapat memenuhi kebutuhan produk atas dunia usaha dan industri (masyarakat) yang digunakan pada saat ini dan masa akan datang dengan mendayagunakan pengetahuan dan keterampilan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) serta keterampilan teknologi dan informasi.

Dalam penerapannya, Model Pembelajaran Berbasis Produk (PBP) dengan Pendekatan Teaching Factory (TeFa) di Era Disrupsi (Model PBPTeFa) memiliki beberapa implikasi, yaitu: (1) Kontribusi yang positif terhadap pengembangan teori belajar maupun model pembelajaran dengan menciptakan sintak baru (6 sintaks); (2) Meningkatnya kemampuan dalam proses belajar mengajar dan prestasi belajar serta kompetensi siswa lebih kompeten, profesional dan mempunyai keterampilan dan keahlian dalam pembuatan produk aplikasi serta memiliki karakteristik dan jiwa wirausaha serta peningkatan kemampuan siswa dilihat dari ranah koginitif, afektif dan psikomotorik; (3) Guru akan mampu mengubah paradigma dalam mengajar dan memberikan keleluasan bagi siswa dalam proses pembelajaran; (4) Praktisi dunia usaha dan industri dapat ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran model ini dengan menggunakan fasilitas pembelajaran digital (elearning) yang dapat menghubungkan dunia usaha dan industri dengan dunia pendidikan tanpa batas ruang, waktu dan tempat; (5) Dapat meningkatkan kerjasama antara pihak  institusi pendidikan dengan pihak dunia usaha dan industri untuk memastikan keberlangsungan model ini pada mata pelajaran lainnya yang memiliki karakteristik yang sama.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran kepada pihak penerima manfaat dari penelitian, bagi institusi sekolah : (a) Untuk menjadikan model pembelajaran PBPTeFa ini sebagai panduan dan pedoman untuk mata pelajaran Pemrograman Web dan Perangkat Bergerak begitu juga dengan pembelajaran lainnya yang memiliki karakteristik yang sama (b) melakukan pelatihan penggunaan aplikasi pembelajaran digital (elearning) kepada siswa dan guru; (c) memfasililitasi agar model pembelajaran PBPTeFa ini dapat terlaksana dengan baik dan membantu mensosialisasikannya sehingga memudahkan proses implementasinya.

Bagi guru: (a) disarankan model PBPTeFa ini dapat dijadikan panduan dalam proses implementasi model tersebut sehingga sesuai dengan target pembelajaran yang diharapkan; (b) sebagai fasilitator dan motivator harus berupaya dengan seoptimal mungkin dalam melaksanakan model pembelajaran PBPTeFa untuk meningkatkan kemampuan siswa baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik; (c).

Bagi siswa disarankan untuk mengikuti model pembelajaran PBPTeFa ini karena sudah terbukti validitas, praktikalitas dan efektivitas sehingga berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Model ini juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpikir kritis dan analitis, mandiri, inovatif, komunikatif dan percaya diri. Peneliti lain dapat terus mengembangkan hasil penelitian dan pengembangan model PBPTeFa dengan kajian yang lebih mendalam dan menjangkau hal-hal yang dinyatakan sebagai keterbatasan pada penelitian ini sehingga didapatkan hasil yang luas manfaatnya.

Artikel ini ditulis oleh (c) Dr. John Friadi, S.Kom., M.Si (john.friadi@gmail.com) berdasarkan disertasi untuk penyelesaian Program Doktor (S3) Pendidikan Teknologi Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (UNP) dengan Tim Promotor Prof. Ganefri, Ph.D dan Co-Promotor Dr. Ridwan, M.Sc.Ed yang telah lulus diujikan pada ujian tertutup 28 September  2020 pukul 09.00 di hadapan Tim Penguji yaitu Prof. Ganefri Ph.D. (Rektor UNP), Dr. Fahmi Rizal M.Pd., M.T. (Dekan FT UNP), Prof. Dr. Ambiyar, M.Pd. (Kaprodi S3 PTK UNP), Prof. Dr. Wakhinuddin, M.Pd. (Penguji 1 Internal UNP), Dr. Elfi Tasrif, MT (Penguji 2 Internal UNP), Dr. Muhammad Anwar, MT. (Penguji 3 Internal UNP), Prof. Dr. Mochamad Bruri, M.Pd. (Penguji Eksternal dari Universitas Negeri Yogyakarta).

Update