Jumat, 19 April 2024

Bakteri Wolbachia Bisa Turunkan Kasus DBD sampai 77 Persen

Berita Terkait

batampos.co.id – Kasus demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi permasalahan di Indonesia. Saat ini metode pengendalian penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti itu pun terus dikembangkan.

Salah satunya dilakukan oleh tim Riset World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta yang memanfaatkan bakteri Wolbachia. Peneliti Utama WMP Yogyakarta Adi Utarini mengatakan, telah melakukan penelitian tersebut sejak 2011.

’’Jadi penelitian ini sebetulnya yang kita lakukan adalah sebuah intervensi lingkungan, jadi kita mencoba dengan nyamuk aedes aegypti, ini adalah pembawanya virus demam berdarah, tetapi sudah ada bakteri wolbachianya,” terang dia dalam live Instagram di akun @gusnizam, Senin (21/12).

Bakteri wolbachia merupakan bakteri yang hidup sebagai parasit pada hewan artropoda, seperti nyamuk. Infeksi wolbachia pada nyamuk aedes aegypti ini akan menyebabkan virus DBD musnah.

’’Ketika nyamuk ini dilepas dalam bentuk telur, telur nyamuk kita titipkan dalam ember ke masyarakat, itu nanti bakteri wolbachianya bisa menekan virus demam berdarah, sehingga kalau nyamuknya menggigit manusia itu virusnya tidak ikut ditularkan,’’ ujarnya.

Adapun, dampak yang diberikan tentunya sangat baik bagi masyarakat. Sebab, bisa menekan angka penularan DBD hingga 77 persen di suatu wilayah yang nyamuknya mengandung bakteri wolbachia.

’’Impact-nya nanti akan menunjukkan bahwa kasus demam berdarah itu bisa sangat menurun sebesar 77 persen, dibandingkan dengan wilayah yang tidak menggunakan intervensi wolbachia. Jadi impact-nya yang diharapkan itu demam berdarah menjadi sangat menurun di masyarakat,’’ tegasnya.

Hal itu, kata dia sudah dibuktikan dengan penelitian di sebuah wilayah kecil di DI Jogjakarta beberapa tahun silam. Selama periode itu hingga sekarang, belum ditemukannya lagi kasus DBD pada daerah tersebut.

’’Ada yg sudah kami lepas 5 tahun, di wilayah kecil. Sejak 2014, sampai sekarang itu wolbachia-nya terus ada. Itu kami yakin tidak hilang. Pada 2016 kami mencoba memperluas di separo wilayah Jogjakarta. Kasus demam berdarah akan kita terus pantau,’’ urainya. (*/jpg)

Update