Kamis, 25 April 2024

Tertimbun 12 Jam di Reruntuhan, Haji Sabar Lolos dari Maut

Berita Terkait

Kaki Haji Sabar nyaris harus diamputasi sebelum dievakuasi. Dia kehilangan tiga anak dan dua cucu yang tidur di kamar yang sama dengannya.

SABAR menunjuk kaki kanannya. ”Ini lukanya,” katanya. Tampak ada luka gores yang memerah di sana.

Luka itu adalah gambaran kelegaan sekaligus kedukaan Sabar dalam kaitan dengan gempa yang mengguncang Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat dini hari pekan lalu (15/1).

Lega luar biasa karena dia lolos dari maut setelah tertimbun reruntuhan rumah selama 12 jam. Tapi, juga duka tak terkira karena dia kehilangan tiga anak dan dua cucu dalam musibah tersebut.

Padahal, pada Kamis malam sebelum gempa itu, pengusaha yang biasa disapa Haji Sabar tersebut bahagia sekali. Anak-anak dan cucu-cucunya datang berkunjung dan menginap di rumah megah empat lantai di salah satu sudut Mamuju itu.

Dan, seperti biasa, tiap kali menginap, mereka memilih tidur beramai-ramai di kamar jembar yang biasa ditempati Sabar. Ada Ririn, Suarti, dan Dian –ketiganya anak Sabar. Juga, cucu-cucu pemilik kelompok bisnis Usaha Rappang itu: Nabila, Keisa, dan Naila.

Haji Cammono, saudara Sabar, juga menginap malam itu. Tapi, di ruangan berbeda.

”Anak-anakku memang kalau datang pasti di kamar itu. Kan luas, ada AC juga. Mereka suka karena dingin,” kenang Sabar kepada Fajar yang menemuinya Minggu sore (17/1).

Malam yang menggembirakan itu pun berlalu. Mereka bertujuh tertidur lelap di ruangan 10 x 10 meter tersebut. Dengan Naila tidur dalam dekapan sang kakek.

Tiba-tiba gempa itu datang. Seketika rumah berlantai empat tersebut ambruk. Sabar dan Naila selamat. Tapi, mereka tertimbun reruntuhan. Sabar mengaku sudah pasrah ketika itu.

Reruntuhan rumah Haji asabar di Mamuju kemarin. (IDHAM AMA/FAJAR)

Sampai kemarin, diduga masih ada korban tertimbun reruntuhan yang belum ditemukan. Termasuk di RSUD Provinsi Sulawesi Barat. Hingga pukul 14.00 WIB kemarin, Pusdalops Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, 73 orang telah ditemukan meninggal akibat gempa M6,2 yang melanda Mamuju dan Majene. Dari jumlah tersebut, 64 orang di Mamuju dan 9 lainnya di Majene.

Lama sekali Sabar berada di balik puing-puing rumahnya. Mulai pukul 02.28 sampai sekitar pukul 14.00. Hampir dua belas jam. Tak bisa bergerak, sambil terus berusaha menenangkan Naila yang ada dalam dekapannya.

Sampai pada titik itu, dia tak tahu bagaimana nasib cucu-cucunya yang lain, juga anak-anaknya. Upayanya, dengan suara lemah, memanggil nama-nama mereka, tak berjawab.

Di tengah kepasrahan itu, harapan datang. Tim penyelamat menyusuri reruntuhan rumahnya dan mereka mengetahui Sabar masih selamat.

Masalahnya, kaki Sabar terjepit reruntuhan. Tim penyelamat kesulitan untuk mengevakuasi. Hanya ada celah sedikit.

Sabar pun meminta bor, berupaya melepaskan kaki kanannya yang terjepit puing. Kakinya lolos. Tim penyelamat lalu menggali reruntuhan agar ada celah untuk mengevakuasi.

”Saat mau dievakuasi, ada yang menyarankan kaki ayah diamputasi karena posisinya sulit. Tapi, ayah menolak,” kata Iin Syarif, putri Sabar lainnya.

Sabar dan Naila akhirnya berhasil diselamatkan. Begitu juga Cammono yang ada di ruangan sebelah.

Tapi, persis pada titik kelegaan itu pula, kedukaan menyeruak. Sabar diberi tahu bahwa Ririn, Suarti, Dian, Nabila, dan Keisa meninggal.

”Lima orang yang meninggal, anak-anak dan cucu-cucuku. Perempuan semua,” katanya dengan suara menahan isak.

Padahal, baru setahun lalu dia juga ditinggal istri tercinta, Hj Rugayah, yang berpulang karena kecelakaan. Sempat beredar kabar bahwa Sabar kehilangan delapan anggota keluarga akibat tertimbun reruntuhan. Tapi, Iin membantah.

”Tolong diluruskan, yang meninggal lima, tiga saudara saya dan dua kemenakan saya,” katanya.

Sabar masih menjalani perawatan akibat lukanya sampai kemarin. Duka mendalam tentu masih menggelayut, tapi dia tetap berusaha bangkit.

Meski tentu tak mudah. Luka di kaki kanan itu terus menjadi pengingat akan musibah yang merenggut orang-orang terkasihnya.(jpg)

Update