Jumat, 29 Maret 2024

Donor Plasma Konvalesen, Bantu Pengobatan Pasien Covid-19

Berita Terkait

batampos.co.id – Terapi plasma konvalesen mempunyai efikasi yang cukup tinggi untuk pengobatan pasien Covid-19 kategori berat atau kritis. Angkanya bahkan bisa mencapai 85-100 persen. Ironisnya, belum banyak penyintas Covid-19 yang bersedia menjadi pendonor plasma darah.

Fakta itu disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin saat memberikan sambutan pada acara pencanangan Gerakan Nasional Donor Plasma Konvalesen di Jakarta, Senin (18/1). Ma’ruf menyatakan, sudah banyak negara yang menerapkan terapi plasma konvalesen. Antara lain, Tiongkok, Argentina, dan Amerika Serikat. Sejak Agusus tahun lalu, otoritas di AS memberikan izin terapi plasma konvalesen bagi penderita Covid-19.

’’Dalam kondisi seperti sekarang ini, solidaritas yang tinggi sangat diperlukan. Khoirunnas anfa’uhum linnas. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain,’’ katanya. Untuk itu, dia mengajak masyarakat bahu-membahu dan tolong-menolong sesuai kemampuan masing-masing.

Ketua Umum PMI Jusuf Kalla berbincang dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sebagai salah satu pendonor plasma konvaselen di markas PMI, Jakarta, kemarin (18/1). (ADE DANHURI/TIM MEDIA JK)

Dia mengatakan, gerakan nasional itu perlu dijalankan dengan strategi yang tepat. Kemudian, perlu dukungan sistem data yang terintegrasi dari rumah sakit dan PMI. Dengan begitu, bisa diketahui data penyintas Covid-19 yang berpotensi sebagai calon pendonor. Selain itu, perlu penambahan peralatan atau mesin pengolahan darah di unit donor darah yang menerima pelayanan donor plasma konvalesen.

Para gubernur, bupati, dan wali kota diharapkan berperan aktif dalam sosialisasi donor plasma di wilayah masing-masing. Kemudian, para direktur rumah sakit, organisasi profesi, dan mitra pemerintah diimbau ikut memberikan informasi, pemahaman, dan edukasi yang baik kepada pasien Covid-19. Dengan demikian, ketika sudah sembuh, mereka bersedia melakukan donor plasma konvalesen.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dalam laporannya mengungkapkan, gerakan itu merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Joko Widodo untuk mendorong para penyintas Covid-19 agar bersedia mendonorkan plasma konvalesen.

Muhadjir mengatakan, berdasar hasil penelitian awal di RS Saiful Anwar Malang, pemanfaatan plasma konvalesen sangat tinggi. Bagi mereka yang menderita sakit berat, ketika diintervensi dengan plasma konvalesen, ternyata tingkat kesembuhan mencapai 100 persen. Untuk pasien berstatus kritis, angka kesembuhannya mencapai 85 persen.

”Dengan demikian, penelitian awal ini bisa jadi alat penduga bahwa penggunaan plasma konvalesen untuk penyembuhan pasien sangat bermakna,” jelasnya.

Lebih lanjut dia menyebut, potensi donor plasma konvalesen hingga tiga bulan ke depan dapat dilihat dari jumlah pasien rumah sakit yang telah sembuh dari Covid-19 pada periode November–Desember 2020. Adapun jumlah penyintas pada periode November 2020 mencapai 37.837 orang. Sementara itu, yang sembuh pada periode Desember 2020 sebanyak 48.272 orang.

”Potensi tersebut, khususnya pria, perlu digerakkan untuk mendonorkan plasmanya sehingga pasien yang sedang dalam perawatan di rumah sakit memiliki peluang selamat lebih besar,” ungkap mantan menteri pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) tersebut.

Lebih detail, dia menjelaskan bahwa plasma pasien yang telah sembuh dari Covid-19 diduga memiliki efek terapeutik. Sebab, terdapat antibodi terhadap SARS-CoV-2. Nah, plasma konvalesen itu diambil dari pasien yang dinyatakan sembuh dari infeksi Covid-19. Kemudian, bebas gejala-gejala Covid-19 (demam/batuk/sesak napas/diare) sekurang-kurangnya 14 hari setelah dinyatakan negatif.

Itu ditandai dua kali pemeriksaan swab dengan menggunakan RT-PCR yang hasilnya negatif. Lalu, usia 18–60 tahun, laki-laki maupun perempuan, belum pernah hamil, berat badan minimal 55 kilogram, tidak memiliki penyakit penyerta yang bersifat kronis seperti gagal ginjal, jantung, kanker, kencing manis, diabetes, dan darah tinggi tidak terkontrol.

Menurut dia, seseorang dapat mendonorkan plasmanya 3–4 kali selama 3 bulan. Namun, untuk dapat menjadi pendonor, seseorang harus memenuhi kadar titer antibodi dan berbagai syarat lain sebagai pendonor darah biasa.

”Untuk menghindari adanya pihak yang mengambil keuntungan dari pelaksanaan donor plasma konvalesen ini, kami mengimbau agar penyintas Covid-19 yang akan melakukan donor langsung berhubungan dengan PMI atau RS yang ditunjuk,” tegasnya.

Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat Jusuf Kalla mengungkapkan, plasma konvalesen terbukti sangat membantu pasien yang terpapar Covid-19. Bahkan, mereka yang baru menerima donor, meski belum seluruhnya masuk ke badan, sudah menunjukkan tanda-tanda membaik.

Sayangnya, pendonor plasma konvalesen masih rendah. Sejak Mei, baru 7 ribu plasma konvalesen yang didonorkan. ”Sekitar 40–50 per hari. Padahal, setiap hari permintaan mencapai 200,” katanya. Artinya, dibutuhkan pendonor sebanyak lima kali lipat untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Kebutuhan itu sebenarnya sangat mungkin terpenuhi. Sebab, jumlah pasien sembuh hingga hari ini mencapai sekitar 736 ribu. Cukup 10–20 persen dari jumlah tersebut, maka kebutuhan satu tahun dapat terpenuhi. Angka kematian akibat Covid-19 pun bisa berkurang.

”Karena satu orang bisa diambil 400–600 cc. Ini menjadi dua kantong darah dan membantu dua sampai tiga orang,” ungkap mantan wakil presiden RI tersebut.

Karena itu, dia berharap para penyintas Covid-19 bersedia menyumbangkan plasma darah konvalesennya untuk membantu mereka yang masih berjuang untuk sembuh. Menurut dia, kerelaan dari penyintas Covid-19 sangat dibutuhkan karena plasma darah tidak bisa dibuat oleh manusia. Tapi, dihasilkan sendiri oleh tubuh manusia. Upaya itu juga dimaksudkan sebagai tanda syukur telah diberi kesembuhan dari Covid-19.

”Tidak ada satu pun manusia yang bisa menciptakan darah dan plasma, kecuali tubuh kita menciptakannya dengan jalan Allah. Hari ini kita patut bergembira karena pemerintah mencanangkan gerakan nasional, artinya semua pihak bersama-sama,” paparnya.

Bagi yang ingin menjadi pendonor, lanjut dia, saat ini 31 di antara 236 UDD (unit donor darah) PMI telah memiliki alat pengelolaan plasma konvalesen yang tersebar di seluruh kota besar di Indonesia. Dia mengimbau calon pendonor tak perlu ragu karena donor plasma konvalesen sudah diuji bersama dengan Lembaga Eijkman. Selain itu, prosesnya diawasi langsung oleh BPOM.

”Petugasnya juga sangat terlatih. Jadi, orang kena dibantu orang yang sudah pernah kena (Covid-19, Red). Tinggal duduk saja,” tuturnya.(jpg)

Update