Sabtu, 20 April 2024

Kasus Covid-19 Dunia Diperkirakan Capai 100 Juta pada Pekan Ini

Berita Terkait

batampos.co.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus mewanti-wanti kepada masyarakat dunia untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Terutama penggunaan masker dan aturan berkerumun. Meski vaksinasi Covid-19 sudah mulai dilakukan, WHO minta masyarakat dunia tidak lengah agar penularan bisa dikendalikan.

WHO lewat Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus memberikan perhatian serius karena penularan masih tinggi. Menurutnya, kasus Covid-19 di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai 100 juta pada pekan ini.

“Tepat setahun yang lalu, kurang dari 1.500 kasus Covid-19 dilaporkan kepada WHO, termasuk 23 kasus saja di luar Tiongkok. Pekan ini, kami memperkirakan laporan kasus akan mencapai 100 juta,” kata Tedros dalam konferensi pers WHO pada Senin (25/1) seperti dilansir Xinhua.

“Angka bisa membuat kita mati rasa terhadap apa yang ditunjukkannya. Setiap orang yang meninggal adalah orang tua, pasangan, anak, teman seseorang,” imbuh Tedros.

Tedros pun menyerukan agar vaksinasi tenaga kesehatan dan warga lanjut usia dilakukan di semua negara dalam 100 hari pertama 2021. Lebih lanjut, Tedros mengutip dua laporan terbaru untuk menunjukkan bahwa tanpa akses yang setara dalam mendapatkan vaksin Covid-19, dunia akan menghadapi tidak saja kegagalan moral yang membahayakan, tetapi juga kegagalan ekonomi.

Menurut sebuah laporan terbaru dari Organisasi Buruh Internasional (ILO), yang menganalisis dampak pandemi terhadap pasar tenaga kerja global, sekitar 8,8 persen jam kerja global hilang selama 2020. Kondisi ini mengakibatkan penurunan pendapatan tenaga kerja di dunia setara USD 3,7 triliun.

Laporan itu memproyeksikan bahwa sebagian besar negara akan pulih pada paruh kedua 2021, tergantung pada peluncuran vaksinasi. Laporan tersebut juga merekomendasikan dukungan internasional untuk peluncuran vaksin di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, serta mendorong pemulihan ekonomi maupun lapangan kerja.

Laporan kedua yang disusun oleh International Chamber of Commerce Research Foundation, menemukan bahwa nasionalisme vaksin dapat merugikan perekonomian global hingga USD 9,2 triliun. Hampir separonya, yakni sekitar USD 4,5 triliun akan terjadi di perekonomian paling kaya.

Sebaliknya, kesenjangan finansial untuk Access to Covid-19 Tools Accelerator (ACT Accelerator), inisiatif yang dipimpin oleh WHO, mencapai USD 26 miliar pada tahun ini menurut Tedros. Dia menambahkan bahwa ACT Accelerator, jika didanai penuh, akan memberikan keuntungan (return) hingga USD 166 dolar untuk setiap dolar yang diinvestasikan.

“Nasionalisme vaksin mungkin membuahkan pemenuhan target politik jangka pendek. Namun, mendukung kesetaraan vaksin merupakan kepentingan ekonomi jangka menengah dan panjang setiap negara,” kata Tedros.(jpg)

Update