Sabtu, 16 November 2024

Gibah di Medsos Saat Puasa Dosanya Berlipat Ganda

Berita Terkait

batampos.co.id – Puasa bukan hanya mengendalikan makan dan minum tetapi juga menahan diri dari hawa nafsu. Salah satunya mengendalikan lisan dan perbuatan. Di era media sosial, lisan kita ternyata diwakili oleh jemari lewat kalimat saat mengetik gadget.

Imam Besar Masjid Cut Meutia Jakarta Pusat Ustadz Mahfud Mustofa, mengungkapkan, gibah lewat media sosial apalagi saat berpuasa, dosanya berlipat ganda. Sebab, kata dia, ujung-ujungnya umumnya saling membenci dan menyudutkan.

“Saya justru enggak bisa bikin medsos. Dan paling enggak suka melihat broadcast message lewat chat yang isinya saling membenci. Sesuatu yang menimbulkan kebencian orang lain kan dosa, enggak boleh,” katanya kepada JawaPos.com baru-baru ini.

“Jadi kurang pas bagi orang berpuasa mengumbar main medsos. Apalagi sifatnya menghujat ya. Kecuali untuk kritik membangun untuk akhlak lebih baik,” jelasnya.

Menurutnya, sekalipun orang itu berbuat salah ataupun benar, bukan ranah seseorang untuk menilai. Tak boleh juga menjelekkan atau membela orang lain. “Chat jelek juga termasuk gibah, puasanya berkurang pahalanya,” katanya.

Sebab menurutnya, chat meski dilakukan lewat jari, hal itu sudah mewakili lisan kita. Semuanya terlontar dari isi hati. “Walau lewat jari, apa yang ditulis itu mewakili apa hati nurani kita,” katanya.

Lalu bagaimana cara mengendalikan diri dari gibah lewat chat atau media sosial? Ustadz Mahfud menjelaskan caranya kembali lagi pada niat berpuasa itu tadi. Puasa asal kata saum artinya menjaga. Dan saat berpuasa juga ada kata Imsak artinya menahan dan membatasi.

“Biasakan diri kita tahan aja. Makanya ada kalimat imsak, rem supaya jangan kebablasan. Kebiasaan WA bikin kata-kata yang jelek, makanya kita harus puasa berlatih menahan kejelekan,” ungkapnya.

“Saya paling gak senang deh lihat komentar-komentar di HP. Merasa benar diri sendiri. Dan itu semakin tak baik di bulan Ramadan,” tutupnya.(jpg)

Update