batampos.co.id – Gagal turun level meski kasus Covid-19 melandai membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepulauan Riau (Kepri) berbenah. Saat ini, Pemprov Kepri mempersiapkan langkah-langkah penurunan level PPKM di kabupaten dan kota di Kepri.
”Sampai tanggal 24 September 2021, seluruh kabupaten dan kota di Kepri berada di PPKM level 3. Kita bertekad bersama turun level bersama,” ujar Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, saat memimpin Rapat Koordinasi Penurunan PPKM di Gedung Daerah, Tanjungpinang, Kamis (23/9) malam.
Ansar menambahkan, jika dilihat angka kasus positif harian, angka keterisian rumah sakit, dan angka kematian, sudah menunjukkan penurunan yang drastis. Jadi beberapa Kabupaten dan Kota seharusnya sudah turun ke level 2 atau level 1. ”Tapi kena di-tracing itu tadi,” kata Ansar.
Pada rapat yang dihadiri Bupati/Wali Kota dan Forkopimda Kepri secara virtual ini, Tjetjep Yudiana, Wakil Ketua Harian Satgas Covid-19 Kepri, sekaligus ahli epidemiologi menjelaskan, ada dua komponen utama yang menjadi asesmen levelisasi Covid-19 oleh pemerintah pusat.
Dua komponen itu adalah transmisi komunitas dan kapasitas respon. Masing-masing komponen tersebut selanjutnya terdiri dari tiga indikator. Komponen transmisi komunitas terdiri dari indikator kasus konfirmasi, rawat inap, dan kematian. Sementara komponen kapasitas respons terdiri dari indikator testing, tracing, dan treatment.
”Dari keenam indikator terhadap dua komponen asesmen tersebut, yang masih menjadi hambatan untuk penurunan level ada di rendahnya capaian tracing di beberapa daerah,” kata Tjetjep.
Tjetjep memberikan contoh pada Kota Batam. Di Kota Batam saat ini kasus konfirmasi sudah menyentuh angka 3,50 per 100 ribu penduduk dalam satu minggu. Menurut asesmen angka tersebut, Batam seharusnya sudah berada di level 1.
Lalu rawat inap RS di Kota Batam berada di angka 7,65 per 100 ribu penduduk dalam satu minggu atau berada pada tingkat 2. Begitu juga dengan angka kematian yang ada di angka 0,58 per 100 ribu penduduk yang berada di level 1.
Namun angka tracing di Kota Batam saat ini baru mencapai angka 4,86 rasio kontak erat. Artinya dalam 1 kasus positif Covid-19, Pemerintah Kota (Pemko) Batam hanya menelusuri sbanyak 4 orang lainnya.
Angka ini jauh dari standar WHO (World Health Organization) yang menetapkan setiap 1 kasus positif maka harus dilakukan tracing terhadap 15 orang lainnya.
Gambaran serupa terjadi di kabupaten dan kota lain di Kepri. Beberapa daerah masih terhalang dengan rendahnya capaian tracing kasus positif.
Tercatat hanya Kabupaten Anambas dan Natuna yang berhasil melewati standar WHO. Kabupaten Anambas mencatat angka tracing di 16,00, sedangkan Kabupaten Natuna sudah mencatatkan capaian tracing di angka 18,00.
Untuk mempercepat tracing sesuai dengan standar WHO, maka Tjetjep memberikan arahan kepada kabupaten dan kota sesuai dengan pedoman Menteri Dalam Negeri agar melakukan tracing terhadap tetangga di sekeliling lingkungan sampai dengan 15 orang di lokasi kasus positif itu berada.
”Dari data NIK yang sudah kita tracing kepada tetangga-tetangga mereka, data tersebut dimasukkan ke aplikasi SiLacak dan diteruskan ke aplikasi PeduliLindungi, sehingga nanti akan terdeteksi apabila ada kontak erat suspect Covid-19 yang ingin memasuki tempat-tempat umum,” jelasnya.
Gubernur mengatakan, aplikasi PeduliLindungi akan digunakan secara menyeluruh mulai pekan depan di seluruh wilayah Kepri. Hal ini sebagai upaya dari integrasi data nasional untuk menekan penyebaran virus Covid-19. (*/jpg)