batampos.co.id – Kementerian Kesehatan Singapura dan warga bingung karena dilanda lonjakan Covid-19 varian Delta. Padahal pemerintah telah sepenuhnya memvaksinasi 82 persen dari populasinya yang berjumlah 5,7 juta. Dalam sehari, terdapat kasus baru lebih dari 2.900 pada 1 Oktober.
Sebagian besar kasus dapat dikaitkan dengan perubahan pandangan Singapura terhadap Covid-19. Pada akhir Juni, Singapura mulai memetakan perubahan yang direncanakan menuju kehidupan yang lebih normal atau endemi. Pada saat itu hanya terlihat beberapa kasus harian dan baru 40 persen penduduk divaksinasi.
Lonjakan kasus kemungkinan juga merupakan konsekuensi dari varian Delta yang lebih menular dan telah mendominasi secara global. Negara-negara lain seperti Selandia Baru harus meninggalkan strategi nol-Covid-19 meski terkunci karena varian Delta.
Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan akan fokus pada vaksinasi yang lebih tinggi dan pada kasus yang parah ketimbang hanya melihat infeksi baru. “Itu tidak akan mendominasi hidup kita, tetapi menjadi bagian dari normal baru kita,” kata Kemenkes Singapura.
Sebelum kritis akibat varian Delta, Singapura tetap menganggap Covid-19 sebagai endemi. “Permainan akhir dari strategi ini adalah melihat Covid-19 sebagai endemi, dengan jumlah kasus positif yang konstan tetapi rendah selalu hadir di masyarakat,” sebut Kemenkes Singapura.
Sebelumnya Singapura melonggarkan pembatasan untuk penduduk yang divaksinasi, memungkinkan makan di dalam ruangan, konser dan acara besar, dan pernikahan dengan hingga 1.000 peserta yang divaksinasi. Negara itu juga mengumumkan rencana untuk perjalanan bebas karantina terbatas dari beberapa lokasi berisiko rendah.
Strategi-strategi itu telah digabungkan untuk menjaga rawat inap dan kematian tetap rendah. Dari awal pandemi hingga akhir September, kurang dari 100 orang meninggal karena Covid di Singapura. Sebagian besar kasus baru Covid-19 atau lebih dari 98 persen hanya ringan atau tanpa gejala. Tingkat kematian selama 28 hari terakhir mencapai 0,1 persen, meski ada lonjakan kasus yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Program vaksinasi Singapura sebagian besar mengandalkan vaksin mRNA yang sangat manjur yang dibuat oleh Pfizer dan Moderna. Singapura juga telah mengumumkan suntikan booster sejak 15 September untuk orang di atas usia 60 tahun dan mereka yang kekebalannya terganggu.
Pada 24 September 2021, sebagai tanggapan atas lonjakan setelah pelonggaran pembatasan, Singapura mengklarifikasi rencana endemi tersebut. Pejabat setempat menegaskan bahwa wacana itu masih dalam fase transisi. Pembatasan dapat kembali atau dikurangi tergantung pada beban kasus dan beban pada sistem perawatan kesehatan, dan bahwa stadium endemi masih lama.
Menurut data dari proyek Our World in Data yang berbasis di Inggris, Singapura telah melakukan rata-rata 3,3 tes Covid-19 per orang, di bawah rata-rata Inggris 3,9 tes per orang. Pekan lalu, Singapura memperkenalkan kembali beberapa pembatasan sebelumnya. Misalnya mulai 27 September 2021 membatasi orang dalam kelompok yang terdiri dari dua orang, bukan lima orang. (jpg)