Terbatasnya modal menjadi kendala utama para nelayan di Palmatak, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau, untuk mengembangkan usaha peternakan ikan kerapu. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendapatkan tambahan dana, namun belum membuahkan hasil.
Hingga pada April 2014 para nelayan mendapatkan perhatian khusus dari Premier Oil a Harbour Energy Company, sehingga dapat mengembangkan usahanya dan dapat memperoleh penghasilan hampir Rp100 juta per tahun.
Messa Haris – Batam
batampos.co.id – Menjadi nelayan merupakan profesi turun temurun yang dijalankan mayoritas masyarakat di Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepri.
Tetapi penghasilan yang tidak menentu sempat membuat mereka patah semangat. Terlebih biaya yang diperlukan untuk mengembangkan usaha terutama pembudidayaan ikan kerapu memerlukan dana yang cukup besar.
Tetapi harapan itu terjawab ketika mereka mendapatkan bantuan dan pembinaan dari Premier Oil a Harbour Energy Company, melalui Program Community Investment yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Ekonomi dan Koperasi (LEPENKOP).
Ketua Lembaga Pengembangan Ekonomi dan Koperasi Kabupaten Kepulauan Anambas, Syahrial, mengatakan, sejak didirikan pada 3 April 2014, LEPENKOP bersama Kelompok Usaha Masyarakat telah melakukan berbagai kegiatan.
Di antaranya usaha budidaya pembesaran Ikan Kerapu, usaha bagan terapung, usaha nelayan pancing, dan pembuatan makanan serta jajanan tradisional.
“Ada juga usaha Mitrashop yang kini dikenal sebagai BUMDes Desa Putik untuk memasarkan semua produk yang dihasilkan anggota dan pengembangan mitra usaha dengan Koperasi Premier Oil,” ujarnya, Sabtu (16/10/2021) lalu.
Ia menjelaskan, sebelum dilakukan program pembinaan, para nelayan setempat mengalami banyak keterbatasan. Salah satunya terkait akses permodalan yang minim untuk pengadaan bibit ikan kerapu dan pembuatan keramba.
Tidak hanya itu, para nelayan kata dia, memiliki akses yang terbatas untuk mendapatkan pakan ikan serta minimnya dana untuk pembuatan pompong nelayan pancing. Bahkan lanjutnya, fasilitas pendukung untuk kegiatan produksi makanan tradisional juga sangat terbatas.
Tetapi kata dia, keadaan berubah signifikan setelah masyarakat mendapat pembinaan dari LEPENKOP. LEPENKOP terus menggali potensi para nelayan di lima desa di Kecamatan Palmatak.
“Kelima desa tersebut yakni Desa Putik, Desa Ladan, Desa Tebang, Desa Candi dan Desa Piabung,” tuturnya.
Tidak hanya pembinaan, masyarakat juga menerima bantuan permodalan untuk pengadaan bibit ikan kerapu. Kemudian kebutuhan pakan ikan terpenuhi dengan dibangunnya bagan terapung.
Masyarakat lanjutnya, juga menerima bantuan permodalan untuk pembuatan pompong dan mendapat bantuan penunjang peningkatan produksi hasil olahan makanan tradisional.
Ia menjelaskan, melalui berbagai kegiatan ekonomi yang dilakukan pendapatan masyarakat di Kecamatan Palmatak pun meningkat.
“Sebelum budidaya ikan Kerapu dilakukan, masyarakat setempat adalah nelayan pesisir yang berpendapatan sekitar Rp1,5 juta per bulan, melalui pembinaan masyarakat, para nelayan mendapat bantuan bibit ikan. Dan mendapatkan penghasilan tambahan sebesar Rp12 juta selama dua tahun,” tuturnya.
Pendapatan tersebut kata dia, ketika harga ikan kerapu hidup sedang turun. Namun, jika dalam kondisi normal, para nelayan dapat mengumpulkan penghasilan tambahan tiga kali lipat.
Selain itu kata dia, setelah masyarakat menerima bantuan dua unit pompong yang lebih besar dan peralatan pendukung yang lebih lengkap dari Premier Oil, para nelayan dapat mencari ikan ke wilayah yang lebih jauh.
“Sekarang enam orang nelayan masing-masing bisa mendapatkan sekitar Rp100 juta per tahun,” jelasnya.(*)