batampos.co.id– Aturan penggunaan surat PCR untuk perjalanan udara dari dan menuju Jawa Bali sejatinya tidak hanya memberatkan masyarakat sebagai pengguna, pihak bandara mengaku dilema dengan aturan pemerintah yang membedakan persyaratan untuk transportasi darat dan laut.
BACA JUGA: Pengumuman, Luar Jawa-Bali Bisa PCR dan Antigen
Eksekutif General Manager (EGM) Bandara Raja Haji Fisabilillah (RHF) Tanjungpinang, Ngatimin K Murtono menyebutkan peraturan pemerintah yang mengharuskan penumpang wajib menggunakan PCR untuk penerbangan ke Jawa dan Bali membuat dilema pihaknya, di satu sisi harus mendukung kebijakan pemerintah di sisi lain memberatkan penumpang dan berdampak pada aktivitas di bandara.
“Di satu sisi kita juga harus dukung kebijakan pemerintah, dilema jadinya memang,” kata Armin, Jumat (29/10). Dijelaskan Armin selama pandemi mewabah sejak awal 2020 lalu, pihaknya memang kesulitan dalam urusan keuangan, bahkan untuk membayar gaji karyawan pihaknya terpaksa meminjam uang ke bank. “Sejak pandemi, pada awal tahun perusahaan kocar-kacir bahkan kami pinjam uang ke Bank untuk bayar gaji,” ujarnya.
Armin menyebutkan serikat pekerja bandara bersama asosiasi pilot juga menyampaikan keberatan serta mengirimkan surat berisikan pernyataan keberatan kepada presiden tetang perjalanan tujuan Jawa dan Bali harus menggunakan PCR sementara untuk moda transportasi darat dan laut tidak diberlakukan.
“Kenapa aturan yang dikeluarkan pemerintah berbeda. Apresiasi Pak Jokowi adalah dengan menurunkan harga PCR menjadi Rp 300 ribu, tapi itu masih berat bagi penumpang bandara,” sebut Armin.
Menurutnya penggunaan PCR itu tidak menjadi persoalan jika pemerintah bisa menekan ke harga yang lebih murah sekitar Rp 100-150 ribu. Saat ini perjalanan paling banyak di Bandara RHF Tanjungpinang masih didominasi tujuan Jakarta merupakan daerah wajib penggunaan PCR.
Batik Air terbang setiap hari dengan jumlah penumpang di atas 80 persen, Garuda sepekan dua kali, citilink sejak pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) hanya dua kali padahal di jadwal harusnya terbang setiap hari
“Saat ini pesawat Batik yang paling banyak penumpang, karena citilink dan garuda membatasi jumlah penumpang,” terangnya.
Menurut informasi yang diperolehnya, pemerintah sekarang tidak bisa menekan harga PCR lebih murah karena salah saat mengimpor alat PCR yaitu dari negara Amerika Serikat dan Cina karena bahan baku pembuatan juga mahal. “Atas penjelasan menteri perhubungan peralatan PCR saat ini terpaksa dijual mahal karena salah impor sehingga harganya mahal,” tambahnya. (*)
Reporter: Peri Irawan
editor: tunggul