batampos – Kenaikan harga Bahan Bakar Subsidi (BBM) mulai berdampak terhadap daya beli warga Kota Batam, Kepulauan Riau. Kenaikan BBM, diiringi kenaikan tarif ojek online yang dilakukan Kementerian Perhubungan, semakin membebani konsumen. Karena itu, warga berharap, tak ada lagi kenaikan BBM dan tarif ojek online.
Sejumlah warga Batam, menilai, dari sisi keuangan, mereka harus mengeluarkan anggaran lebih, dampak kenaikan BBM dan juga biaya transportasi, termasuk ojek online.
“Dampak ekonomi secara langsung adalah semakin besar pengeluaran untuk membeli BBM, ya biasanya 25 ribu untuk 2-3 hari, sekarang 35 ribu 2-3 hari untuk pemakaian motor dari rumah ke kantor,” ujar Agus Susanto, karyawan swasta di Batam, kepada wartawan, Sabtu pagi (17/9/2022).
Disampaikan Agus, akibat harga BBM naik, ia harus memangkas beberapa pos, seperti belanja makanan yang biasanya dilakukan secara online melalui aplikasi. Kemudian, tidak membeli barang-barang yang dirasa tidak penting. Bahkan, sebelum BBM naik, menurutnya sejumlah harga bahan pokok, termasuk telur, sudah naik.
“Jelas pengeluaran bertambah. Karena harga-harga sudah naik, efek kenaikan BBM, ditambah ada kenaikan tarif ojol, kami berharap jangan lagi ada kenaikan,” ujar Agus.
Sementara itu, terkait kenaikan tarif ojek online, menurut dia tidak masalah sepanjang pelayanan dan service serta promo terus diberikan aplikator. Hanya saja, ia menilai, untuk beberapa fitur seperti pembelian makanan lewat aplikasi, dari sisi ongkos kirim, mengalami kenaikan signifikan. Ia berharap, pemerintah tak lagi menaikkan ongkos kirim di aplikasi seperti Gojek dan Grab.
“Hanya saja jadi berpikir dua kali untuk pesan makanan online karena biaya kirim jadi naik signifikan,” ucap Agus.
Kenaikan BBM yang berimbas pada kenaikan biaya transportasi juga dirasakan pelaku usaha kecil yang ada di Batam. Ita Kurniasih (49) yang membuka usaha kue sejak 2015, baik sesuai pesanan maupun menjual secara online, mengaku menjadi serba salah karena jika menaikkan harga, pembeli akan turun.
Sementara jika dinaikkan, ada masalah daya beli. Karena itu, ia minta pemerintah tak lagi menaikkan BBM dan juga tarif ojek online karena ia juga sering menggunakan jasa ojek online untuk mengirim pesanan kue.
“Bagi pelaku usah mikro seperti saya, kenaikan BBM, sembako, biaya transportasi seperti ojol, sangat berdampak ke penjualan. Karena serba salah menaikkan harga kemampuan pembeli makin menurun, karena mereka berpikirnya dari pada jajan mending beli beras. Juga ongkos kurir otomatis naik jadinya pembeli berat di ongkir,” ucap Ita.
Sebagai pelaku usaha skala kecil, ia mencari cara agar bisa mendapat bahan baku dengan harga lebih murah, tapi terkadang ketika ada yang murah, dari sisi jarak juga jauh. Otomatis, pemakaian BBM jadi lebih banyak dan akhirnya tetap saja biayanya menjadi lebih besar.
“Otomatis pemakaian BBM jadi lebih banyak. Tetap saja jadinya modal yang keluar lebih besar dari biasanya. Harapan saya kepada pemerintah, dari pada bantuan tunai, yang kadang tak tepat sasaran, lebih baik bantuan itu untuk biaya menstabilkan harga bahan pokok di lapangan. Kami pelaku usaha mikro berusaha mandiri, tanpa jadi beban pemerintah asal itu tadi harga-harga terjangkau,” ujar Ita. (*)
Â