batampos.co.id – Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) kabupaten Lingga, Drs Idrus mengatakan pemerintah provinsi Kepri bersama pemkab Lingga siap menggelar Festival Gunung Daik. Rencananya, pada bulan Juli 2017 mendatang kegiatan akan digelar selama lima hari di sentral Bunda Tanah Melayu, Daik Lingga.
Event perdana yang akan mengangkat pariwisata sejarah, alam dan budaya ini nanti diharapkan dapat menjadi pemicu kunjungan wisatawan ke Lingga.
“Festival Gunung Daik kami rencanakan bulan Juli nanti akan berlangsung. Kegiatan ini merupakan promosi pariwisata kabupaten Lingga sharing dengan pemprov Kepri,” ungkap Idrus kepada Batam Pos, Rabu (11/1).
Pemprov Kepri sambung Idrus sangat mensuport Festival Bunda Tanah Melayu. Bahakan telah dianggarkan pada APBD 2017 Kepri lanjut Idrus.
Meski baru menjabat sebagai Kadisparpora, Idrus memandang Festival Gunung Daik sebagai salah satu kesempatan besar mempromosikan Gunung Gigi Naga yang merupakan satu-satunya pulau di Kepri yang dilalui garis equator atau khatulistiwa.
“Promosi pariwisata lewat event ini sangat penting. Apalagi provinsi begitu mensuport. Memang ada kendala di awal sebab tidak dianggarkan pada APBD 2017 Lingga, tapi sudah kami koordinasikan agar masuk di APBD-P nanti,” jelasnya.
Sedangkan untuk konsep sejumlah item kegiatan lanjut Idrus pihaknya akan duduk bersama terlebih dahulu dengan para tokoh dan pelaku seni di Lingga agar kemasan nanti lebih berisi. Bukan sekedar kegiatan serimonial.
“Renacanaya ada kegiatan Tracking Gunung Daik, Tour Sepeda dan kilas balik sejarah, lomba Fotografi, Atraksi Budaya, kuliner dan bazar. Nanti kami akan duduk bersama lagi dengan pemerintah kecamatan dan kelurahan Daik yang menjadi fokus lokasi kegiatan juga bersama para tokoh dan pelaku budaya,” jelasnya.
Sementara itu ditempat lain, salah seorang pemerhati sejarah dan budaya kabupaten Lingga Fadli mengatakan sangat mendukung terlaksananya kegiatan Festival tersebut. Dalam kesempatan yang sama, Fadli melihat kegiatan sebagai promosi wisata sejarah, budaya dan alam. Sehingga perlu ada kegiatan edukasi, seminar sejarah ataupun budaya serta pemahaman lingkungan kepada generasi muda Kepri khususnya Lingga.
“Tentunya kita mau kegiatan yang ber’isi’. Bukan seperti kegiatan-kegiatan sebelumnya yang seakan serimonial. Ini akan menjadi spirit baru di Bunda Tanah Melayu dan kesempatan mengemas kebudayaan dan pariwisata alam melayu. Perlu juga ada konsep-konsep yang matang dan membangun kebersamaan dan persaudaraan lewat konsep-konsep ibu angkat. Sajian wisata adalah perkampungan melayu yang ramah,” pungkas Fadli. (mhb)