Danau Toba merupakan bekas kaldera terbesar di dunia. Di tengahnya ada Pulau Samosir yang dikenal kaya atraksi budaya. Karenanya, wisatawan pun diharapkan bisa menyeberang ke Samosir.
Ketua BOPDT Arie Prasetyo mengatakan bahwa pihaknya pada 3 Mei lalu mengikuti rapat di Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan. Rapat yang dipimpin Kapuslitbang Transportasi Laut, Sungai, Danau dan Penyeberangan Kemenhub itu juga menghadirkan perwakilan Pemerintah Kabupaten Samosir dan unsur akademisi dari Universitas Indonesia dan Universitas Hasanuddin.
“Rapat itu dalam rangka membahas rencana induk pembangunan Pelabuhan Sipinggan dan Onan Runggu Danau Toba,” ujarnya.
Arie menjelaskan, untuk masterplan pengembangan Pelabuhan Sipinggan dan Onan Rungu masih ditangani Balitbang Kemenhub dengan melibatkan unsur perguruan tinggi. Namun, rapat itu juga menyerap masukan-masukan dari berbagai pihak.
Menurut Arie, hal yang perlu diperhatikan adalah tujuan dan fungsi pelabuhan, serta penyesuaian jenis dan besar kapal.
“Sehingga bisa disesuaikan dengan pengembangan pelabuhan,” katanya.
Sejauh ini, kata Arie, pembangunan pelabuhan akan menggunakan floating jetty. Meski demikian, pembangunannya akan memperhatikan proyeksi daya tampung pelabuhan terhadap wisatawan.
Nantinya, Sipinggan dan Onan Runggu akan dikembangkan sebagai pelabuhan wisata yang juga menyediakan area penjualan suvenir, kuliner, gn tempat menjual souvenir, kuliner, scenic view, tempat menikmati pemandangan, hingga papan informasi.
“Papan informasinya dibuat dalam dua bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris,” sebutnya.
Dengan adanya Sipinggan dan Onan Runggu maka nantinya jumlah kapal dan jadwal operasinya pun bertambah. Yakni penambahan kapal untuk rute Sipinggan-Muara dan Balige-Onan Runggu.
Menurut Arie, perlu penambahan dua kapal di tahun 2018 untuk Muara dan Balige. Selain itu, BOPDT juga memikirkan hal lain jika kelak Sipinggan dan Onan Runggu beroperasi.
“Hal yang perlu dipikirkan adalah angkutan pemandu moda di Samosir,” sebutnya.
Karena akan ada penambahan kapal dan jam operasional, maka Kemenhub akan melengkapi rambu-rambu perairan. “Dan perlu kajian apakah memungkinkan jalur zig-zag antar-pelabuhan,” sambungnya.
Menurut Arie, untuk pembangunan pelabuhan harus di lahan yang menjadi aset pemerintah pusat. “Pembangunan Pelabuhan dianggarkan di tahun 2018,” sebutnya.
Menpar Arief Yahya menjelaskan, pihaknya pernah mengajak Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi mengunjungi Kota Hangzhou, China, guna menjalin hubungan kerjasama untuk mengembangkan wisata Danau Toba. Kunjungan itu menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sempat terkesima oleh performance di tepi danau itu, dalam KTT G-20 ke-11 di Provinsi Zhejiang, China, 4-5 September 2016 itu.
Gubernur Sumatera Utara menuturkan bahwa Danau Toba merupakan danau vulkanik yang memiliki panjang 100 KM dan lebar mencapai 30 KM dan masih menjadi salah satu primadona wisata di Sumatera Utara yang dikelilingi oleh tujuh kabupaten.
Kala itu hadir juga Badan Otorita Danau Toba Ary Prasetyo, Walikota Hangzhou Zhang Hongmin, sejumlah kepala daerah kawasan Danau Toba, di antaranya Bupati Samosir Rapidin Simbolon, Bupati Humbang Hasundutan Dosmar Banjarnahor dan Bupati Toba Samosir Darwin Siagian.
Sementara Danau di Hangzhou, luar biasa indah dan bersihnya.
“Kita akan belajar manajemen dan pengelolaannya. Mana yang bagus akan kita terapkan di Danau Toba,” kata Erry.
Hadir dalam pertemuan, Ketua Otorita Danau Toba Ary Prasetyo, Walikota Hangzhou Zhang Hongmin, sejumlah kepala daerah kawasan Danau Toba, di antaranya Bupati Samosir Rapidin Simbolon, Bupati Humbang Hasundutan Dosmar Banjarnahor dan Bupati Toba Samosir Darwin Siagian. (*)