Menteri Pariwisata Arief Yahya meresmikan perumahan Pesona Indonesia untuk Pegawai Akademi Pariwisata Indonesia (Akpar) Medan, Rabu 7 Juni 2017.
Rumah bersubsidi itu dibangun di Desa Baru, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deliserdang, di atas areal seluas 1,4 Ha.
Deputi Bidang Kelembagaan dan SDM, Prof Ahman Sya melaporkan ada 50 bangunan rumah sederhana type 36 yang sudah terbangun, dan 48 yang terisi oleh PNS maupun Non PNS.
“Di kompleks ini rencananya akan dibangun 150 rumah, dengan penambahan 4 hektare lagi di sebelahnya,” laporan Prof Ahman Sya di areal yang jarak tempuhnya ke Bandara Kuala Namu hanya 15 menit itu.
Lokasi ini berada di tengah-tengah, kata Ahman Sya, antara Kualanamu dan Kampus Akpar Medan. Menuju ke kampus Akademi Pariwisata itu hanya berjarak 15,7 kilometer saja. Fasilitas umum yang dibangun di kompleks ini sudah standart developer, seperti mushala, taman, pos penjagaan, sumur bor 30 meter, paving block, dan ruang terbuka publik.
“Sedangkan fasilitas listrik di setiap perumahan sudah 1.200 watt,” ungkapnya.
Hadir dalam peresmian itu antara lain Gubernur Sumut, Tengku Erry Nuradi, Direktur PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Siti Handayani, Wakil Bupati Deli Serdang Zainuddin Mars, Dirut Bapertarum-PNS, Heroe Soelistiawan dan Deputi Kelembagaan Kemenpar Ahman Sya. Memang agak aneh, jika dipikir-pikir. Mengapa Menpar Arief Yahya meresmikan perumahan rakyat? Yang tidak ada kaitannya dengan destinasi wisata, industri pariwisata, juga bukan homestay desa wisata?
Perumahan sederhana bersubsidi itu menjadi domain-nya Kementerian PUPR? Rupanya ini ada rahasianya.
“Setiap bulan Ramadan, saya selalu concern untuk memikirkan kesejahteraan pegawai. Sejak memimpin PT Telkom Indonesia, saya selalu begitu, mencari cara untuk menaikkan kesejahteraan karyawan,” ungkap Arief Yahya.
Dia menyadari, posisinya sebagai Menteri di Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo ini tidak memiliki budget untuk mensejahterakan pegawai. Tidak ada pos yang dengan kewenangan posisinya sebagai menteri, bisa mengeluarkan uang. “Karena itu saya harus memutar pikiran untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai Kemenpar terutama,” kata Menpar Arief.
Salah satu solusinya ketemu ini. Bermain di property, membangun kawasan perumahan buat karyawannya, terutama yang belum memiliki rumah, dengan skema cicilan yang murah dan bersubsidi negara.
“Pegawai menyicil rumah dengan murah, dan tidak lama lagi harga tanah dan bangunannya akan naik,” aku dia.
Cara itu rupanya cukup jitu. Begitu kawasan itu didatangi Menteri Pariwisata dan Gubernur Sumut, mengindikasikan bahwa ke depan akan berprospek, dan secara natural harga tanah di kawasan itu langsung melompat tinggi. Sekarang saja, sudah naik lebih dari 30% daripada saat pembelian yang pertama.
Rencananya, setelah Perumahan Pesona Indonesia Deli Serdang ini, akan dilanjutkan dengan peresmian Perumahan Pesona Indonesia di Parung, Bogor. Kawasan itu sudah dibeli lama, oleh Korpri Kementerian Pariwisata, lalu dikerjasamakan dengan developer untuk proses pembangunannya. Dan semuanya sudah sold out, bahkan di Parung, tanahnya sudah naik lebih dari 50% dari harga saat dibuka pertama tahun lalu.
“Ini ada ilmunya. Di Indonesia property itu masih menjadi primadona. Tanah dijemur saja, dibiarkan saja, dalam kondisi normal, value-nya naik 20% per tahun, hampir 3 kali lipat dari bunga bank. Itu yang sering saya sebut dengan non operational value. Apalagi, tanah itu dimanfaatkan untuk bisnis, dia akan memperoleh operational value yang bisa 5-10% setahun,” kata Arief Yahya.
Karena itu, membeli tanah apalagi yang strategis di Indonesia itu tidak ada ruginya. Dia sering menyebut land bank.
“Inilah yang sedang kami kembangkan bersama Korpri, dan BTN. Setelah Medan, minggu depan di Parung Bogor, lalu Bandung, Bali, Lombok, Makassar, Palembang, yang memiliki Sekolah Pariwisata di bawah Kemenpar,” kata Arief Yahya.
Dia menjelaskan, rumah ini merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, makanya dengan adanya perumahan yang disubsidi oleh pemerintah dan dikelola developer dan disupport finansialnya oleh BTN, ini akan menjadi skema yang cantik.
Menpar berharap, selesainya pembangunan perumahan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi Akpar daerah lain untuk membangun yang sama. Dia menyadari, kesejahteraan PNS itu belum sebaik industry seperti financial, telco atau telecommunication, maupun property.
“Khusus setiap Ramadan, saya selalu memikirkan kesejahteraan mereka,” aku Arief Yahya.
Dia mencontohkan, seperti asuransi jiwa dan asuransi kesehatan itu sangat penting. Memang di saat sehat dan muda, itu seolah-olah tidak mendesak. Tetapi, ketika kejadian di Makassar, salah satu karyawannya meninggal persis, sebulan setelah tidak memperpanjang asuransi jiwanya.
“Itu penderitaan yang luar biasa bagi keluarga yang ditinggalkannya. Kawan-kawan seprofesinya paling berempati dalam satu Minggu saja, setelah itu siapa yang memikirkan nasib keluarganya?” tanya Arief Yahya.
Itulah pentingnya asuransi.
Dia meminta kepada PNS untuk bersatu. Kalau secara perorangan, dia menghitung, tidak akan mampu mengikuti insurance yang layak. Tidak mungkin gaji PNS cukup untuk pertanggungan Rp 200 juta, terlalu mahal.
“Tetapi kalau kompak, semua ikut, jumlahnya besar, saya bisa bicara ke perusahaan asuransinya,” kata Arief Yahya. (*)