Belakangan ini ramai orang membicarakan pariwisata Batam, yang tiba-tiba menjadi salah satu primadona ekonomi Batam saat ini. Tidak berlebihan, mengingat kelesuan ekonomi di Batam disebabkan anjloknya sektor industri Batam yang menjadi tulang punggung ekonomi di Batam selama ini.
Turunnya harga minyak dunia dari 100-an dolar AS ke 30-an dolar AS per barel, diikuti anjloknya harga batubara dunia, telah menyebabkan anjloknya juga ekonomi dunia. Keaadaan ini menyebabkan menurunnya secara drastis pemesanan kapal pengangkutan dunia.
Akibatnya puluhan, bahkan ratusan shipyard di Batam kehilangan pemesanan pembuatan kapal, dan harus mem-PHK-kan pekerjanya sampai 250 ribu-an pekerja. Keadaan ini menyebakan ambruknya ekonomi Batam, pertumbuhan ekonomi terus menurun dari angka 7,20 persen di tahun 2014 sampai ke angka terendah 1,04 persen di triwulan II tahun 2017. Ini menyebabkan Batam kehilangan penghasilan sekitar belasan triliun rupiah setahun. Angka yang cukup besar, hampir sama dengan 5 kali APBD kota Batam.
Membangkitkan kembali sektor industri Batam memerlukan waktu yang cukup lama, juga tergantung kepada perkembangan harga minyak, gas dan batu bara dunia. Seratusan shipyard yang mati suri itu, harus mendapat ratusan pemesan kapal, agar bisa mengembalikan 250 ribuan pekerja yang di PHK 2 tahun terakhir ini. Demikian juga membuat industri alternatif lain di Batam, tidaklah gampang dan perlu waktu.
Salah satu industri yang bisa cepat diwujudkan adalah industri pariwisata, terutama kunjungan wisatawan asing atau wisman. Batam di karuniakan anugerah istimewa dari Tuhan, yaitu tempat strategis, dekat dengan Singapura dan Malaysia. Itu sebabnya, walaupun Batam bukan daerah wisata alam yang indah, ataupun tidak mempunyai budaya unik seperti di Bali, tetapi Batam bisa menjadi daerah pariwisata kunjungan wisman nomor 3 di Indonesia, setelah Bali dan Jakarta. Hitungannya jelas dan signifikan membantu ekonomi Batam.
Menurut hitungan, wisman itu membelanjakan sekitar 300 dolar AS atau Rp 4.000.000 per wisman. Penambahan 1.5 juta wisman se tahun, berarti ada penambahan Rp 6 triliun per tahun ke Batam. Artinya telah meng-cover sekitar 50 persen atau 150 ribu pekerja dari pekerja 250 ribu pekerja yang di PHK.
Pertanyaan besar, mungkinkah Batam bisa menambah 1,5 juta wisman per tahun dalam waktu dekat? Mengingat selama ini wisman Batam telah mencapai 1,5 juta wisman per tahun. Artinya kita menaikan menjadi 3 juta wisman per tahun ke Batam.
Padahal kita tahu, angka 1,5 juta wisman di Batam ini, telah terjadi sejak 3 tahun terakhir, malah menurun dibandingkan tahun 2015. Artinya selama tiga tahun pariwisata di Batam telah stagnan, tidak ada perkembangan berarti. Ini adalah kegagalan dunia pariwisata di Batam.
Wisman di Batam 2011-201
(2011) 1,161,581 ⇑ 15,30%
(2012) 1,219,608  ⇑   5,00%
(2013) 1,336,430  ⇑   9,58%
(2014) 1,454,110  ⇑   8,81%
(2015) 1,548,818  ⇑   6,51%
(2016) 1,432,472  ⇓   7,51%
(2017) 1,504,275  ⇑   5,01%
Seperti telah dikemukakan di atas, Batam dianugerahi tempat yang sangat strategis, berdekatan dengan negara kaya, yaitu Singapura dan Malaysia, khususnya Johor. Wisman dari kedua negara ini mendominasi wisman ke Batam setiap tahunnya. Misalnya pada 2014, yaitu sekitar 855 ribu dari Singapura dan 186 ribu dari Malaysia. Dengan kata lain jumlah wisman kedua negara ini mencapai 1,04 juta dari total 1,4 juta wisman ke Batam pada 2014.
Wisman kedua negara ini mencapai 72 persen dari total wisman ke Batam. Sehingga jika kita fokus menambah wisman dari kedua negara ini, maka itu akan cukup signifikan menaikkan wisman di Batam. Mungkinkan menambah turis 1,5 juta lagi dari kedua negara ini?
Penduduk Singapura hanya sekitar 5,5 juta jiwa, dan penduduk Kota Johor Bahru sekitar 500 ribu jiwa. Bila kita bisa membuat 1 persen saja penduduk Singapura dan Kota Johor Bahru mau berakhir pekan di Batam, maka ada sekitar 60 ribu calon wisman potensi datang ke Batam setiap minggu. Artinya ada sekitar 3,12 juta wisman hanya dari kedua negara ini dalam setahun.
Atau bertambah 1,5 juta wisman hanya dari kedua negara ini. Mungkinkah ini? Sangat mungkin. Mengingat, pertama: kedekatan jarak antara Singapura dan Johor Bahru ke Batam. Kedua: telah tingginya tingkat pendapatan perkapita warga Singapura maupun Johor Bahru. Asalkan kita mengubah total mindset atau cara berpikir kita mengenai turis selama ini.
Sangat berbeda cara kita menggaet turis: yang berkunjung karena berwisata; dengan cara kita menggaet turis karena rekreasi akhir pekan. Bila turis berwisata, mungkin masih sesuai dengan mindset kita selama ini, orang-orang Dinas Pariwisata, dengan membuat event, membuat pemandangan yang indah, membuat pertunjukan budaya yang unik, dan lain-lain.
Berbeda untuk wisata akhir pekan, yang mana lebih fokus pada melepas kejenuhan sehari-hari. Dilakukan dengan cara yang berbeda, apa yang dicari warga Singapura atau Johor bila mereka berakhir pekan di Batam? Mereka para wisman datang ke Batam, biasanya untuk makan dan minum, santai di café atau resto, memanjakan diri dengan perawatan tubuh di salon, spa atau pijat refleksi, main golf, dll. Apalagi kalau harganya jauh lebih murah dari di tempat asal mereka.
Hal-hal penting bagi wisman dari Singapura dan Johor Bahru adalah: 1. Gampang mendapat informasi mengenai kunjungan ke Batam di Singapura maupun di Johor Bahru. 2. Kemudahan dan kenyamanan transportasi dari Singapura atau Johor Bahru ke Batam dan sebaliknya. 3. Kemudahan dan kenyamanan di pelabuhan feri internasional di Batam. 4. Kemudahan dan kenyamanan transportasi darat di Batam. 5. Kenyamanan hotel dan penginapan di Batam. 6. Tersedianya tempat-tempat destinasi di Batam.
Keenam point di atas itulah fokus dilakukan semua stakeholder pariwisata di Batam, baik pemerintah, swasta dan masyarakat pariwisata di Batam. Jelas dan terukur. Kebanyakan yang diperlukan adalah persoalan infrastruktur dan perijinan pembangunan sarana-sarana ini. Contoh, kalau kita mau menaikan turis dari 1,5 juta ke 3 juta turis, apa yang harus dilakukan?
Bila diasumsikan semua turis datang lewat pelabuhan laut, maka kapasitas feri harus 2 kali yang sekarang. Bila 60 ribu turis setiap minggu datang ke Batam, dengan lima pelabuhan feri internasional di Batam, maka setiap pelabuhan mempunyai daya tampung rata-rata 12 ribu turis per minggu. Asumsi waktu 2 hari di akhir pekan, maka kapasitas feri bisa menampung rata-rata 6 ribu turis per hari saat hari Sabtu dan Minggu.
Badan Pengusahaan (BP) Batam dan Dinas Pariwisata Kota Batam dan Pemprov Kepri bisa membuat kebijakan-kebijakan yang membuat usaha pariwisata semakin kondusif, dengan melakukan langkah-langkah nyata untuk menaikan angka pariwisata di Batam.
Contoh, kalau kelima pelabuhan feri internasional di Batam memang sudah tidak memadai, maka mungkin bisa dibuat pelabuhan feri internasional yang baru. Demikian juga dengan sarana transportasi di Batam. Pelayanan taksi konvensional ataupun taksi online harus dibuat aman, memadai, dan nyaman. Terakhir dan tidak kalah pentingnya adalah tujuan atau destinasi turis di Batam.
Jangan berpikir, harus tempat-tempat yang indah dan eksotis harus disediakan. Cukup dengan tempat-tempat istirahat yang berbeda dengan di Singapura atau Johor. Contoh café, restoran, salon, tempat spa dan refleksi, tempat jualan buah dan sayur segar, lapangan golf dan masih banyak lagi diciptakan hal-hal yang kalau di negaranya sendiri mahal, di Batam bisa mereka dapatkan dengan harga murah.
Pemerintah tidak perlu menyiapkan semua ini, biarkan masyarakat yang membuatnya, sambil memberdayakan ekonomi rakyat. Pemerintah cukup sebagai fasilitator dan membuat kemudahan dalam urusan ijin membuat dan membangun tempat-tempat destinasi pariwisata ini.
Kami sangat yakin, bila hal-hal di atas dilakukan oleh stakeholder dunia pariwisata di Batam, apakah BP Batam, Pemko Batam, Pemprov Kepri, Kementerian Pariwisata, dan masyarakat pariwisata Batam dengan bersinergi, maka 3 juta wisman per tahun di masa yang akan datang, bukanlah hal yang mustahil dan tidak bisa dicapai. ***
Ir. Wirya Putra Sar Silalahi
Pengusaha di Batam, Wakil Ketua Ikatan Alumni ITB Kepri.