batampos.co.id – Investasi di Kepri diperkirakan melemah pada triwulan akhir 2018. Penyebabnya adalah ba-nyak proyek pemerintah yang sudah memasuki tahap penyelesaian. Namun, secara keseluruhan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri mencatat pertumbuhan investasi tahun ini jauh lebih baik dibanding tahun lalu.
”Triwulan keempat ini umumnya penyelesaian akhir proyek. Namun, masih ada sejumlah proyek infrastruktur utama pemerintah dan swasta yang sedang berjalan saat ini dan dapat menjadi penopang realisasi investasi,” ujar Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri Gusti Raizal Eka Putera, Sabtu (29/12/2018).
Ia mencontokan pemba-ngunan jalan raya dan Waduk Sei Gong, Batam. Adapun proyek utama swasta antara lain pembangunan sejumlah apartemen di Batam dan hotel serta resort baru di Bintan.
”Angka realisasi investasi 2018 akan kami umumkan tahun depan. Tapi realisasi investasi tahun ini memang jauh lebih baik dari tahun 2017,” ungkap Gusti.
Sebagai contoh pada triwulan ketiga kemarin, realisasi investasi tumbuh menguat 12,19 persen (year on year/yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat hanya tumbuh 8,96 persen (yoy).
Penguatan ekonomi Kepri pada 2018 terutama disebabkan penguatan investasi yang memiliki porsi sebesar 43,18 persen terhadap perekonomian Kepri. Pertumbuhan investasi Triwulan I sampai dengan III tahun 2018 tercatat sebesar 10,12 persen (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya tumbuh sebesar 3,84 persen (yoy).
“Sejak 2013 hingga Triwulan III 2017, pertumbuhan investasi cenderung menurun sejalan perlambatan pertumbuhan ekonomi Kepri. Tapi pada 2018, investasi mulai tumbuh menguat dibandingkan periode 2013-2015,” katanya.
Gusti menyebutkan pertumbuhan investasi tersebut dilihat dari kinerja impor barang modal yang tercatat tumbuh 16,84 persen pada triwulan ketiga. Tumbuh dari triwulan kedua yang hanya 15,66 persen.
Dengan adanya sistem Online Single Submission (OSS) mampu memberikan kontribusi signifikan kepada tumbuhnya investasi di tahun 2018.
”OSS ini merupakan upaya pemerintah dalam menyederhanakan perizinan berusaha, menciptakan model pelayanan perizinan terintegrasi yang cepat dan murah serta memberi kepastian,” kata Gusti.
Realisasi Investasi
Mengenai investasi, Badan Pengusahaan (BP) Batam belum merangkum data investasi tahun 2018 secara keseluruhan.
Namun, jika melihat nilai realisasi berdasarkan izin usaha, maka pada semester satu kemarin baru sebesar 124 juta dolar Amerika. Masih jauh dari targetnya sebesar 751 juta dolar Amerika.
Lalu, mengenai rencana investasi pendaftaran penanaman modal yang masuk dari Januari hingga Juni sebesar 391 juta Dolar Amerika.
”BP akan terus berupaya meningkatkan investasi meskipun jalannya tak mudah. Makanya bagi yang sudah mendaftar, BP akan mendorong agar masuk kawasan industri,” kata Kasubdit Humas BP Batam, Muhammad Taofan.
Rp 60 Miliar dari Perairan Batam
Sementara itu, BP Batam memperkirakan potensi pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari jasa floating storage unit (FSU) dan alih muat kapal atau ship to ship (STS) di perairan Batuampar sekitar Rp 40 miliar hingga Rp 60 miliar per tahunnya.
”FSU dan ship to ship ini akan berkontribusi terhadap roda ekonomi. Jadi pemasukan yang bisa diperolah sangat luar biasa yakni Rp 40 hingga Rp 60 miliar,” kata Deputi III BP Batam Dwianto Eko Winaryo, Sabtu (29/12).
Hingga saat ini, ada tiga kapal menjalankan bisnis FSU dan STS di Batam yakni kapal berjenis mother vessel, Ocean Explorer yang tiba 17 Desember lalu, dan dua kapal lagi yang tiba 25 Desember lalu, yakni Mother Ship Wu Yi San dan Mother Vessel Kota Nipah.
”BP dapat PNBP dari biaya labuh tetapnya. Selama kapal-kapal tersebut berlabuh di perairan Batam, maka bayar labuh,” ucapnya.
Setelah mendapat persetujuan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), ada tujuh titik di perairan Batam yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan FSU dan STS ini.
”Ada tujuh titik yang bisa muat 10 hingga 12 kapal Mother Vessel,” ujar Dwi.
Di samping PNBP, kegiatan ekonomi tercipta akibat sejumlah transaksi yang lahir dari bisnis ini, seperti transaksi bahan bakar kapal, akomodasi pada anak buah kapal, air bersih dan lainnnya.
Ditambah lagi keuntungan dari letak strategis titik-titik FSU tersebut. Di Singapura dan Malaysia, titik FSU terletak di dalam kanal sehingga kapal-kapal yang mau beli bahan bakar harus mengantre. ”Sedangkan di Batam itu FSU-nya di pinggir jalan,” ucapnya.
Untuk memperlancar bisnis yang dikembangkan BP bersama PT Agra Telaga Kajayan (ATK) ini, BP sudah berkoordinasi dengan perangkat daerah lainnya seperti Bea Cukai, Imigrasi, dan Syahbandar.
Ketua Indonesian National Shipowner Association (INSA) Batam Osman Hasyim me-ngaku gembira dengan hal ini. ”Selama ini kita daerah kepulauan, tapi tidak diakui sebagai negara maritim. Dan hari ini, potensi maritim mulai dimanfaatkan,” paparnya.
Ia mengatakan dengan masuknya Kapal Ocean Explorer, maka akan menjadi pemasukan besar buat negara.
”Ini potensi besar karena bayangkan berapa ratus ribu GRT, dana dari sisi labuhnya, pindah muatan. Itu semua PNBP yang akan diterima negara,” ujarnya.
Paling penting adalah multiefeknya pada bisnis maritim. Akan ada perputaran uang yang besar di Batam.
”Makanya perlu ditingkatkan keamanan, kepastian hukum, tarif bersaing, pelayanan dan kenyamanan,” paparnya. (leo)