batampos.co.id – Pengelola kawasan industri harus bersabar selama masa pemeliharaan sumur gas milik Conoco Philips di Grisik, Sumatera Selatan yang dimulai kemarin (22/2) malam hingga seminggu kedepan. Pasalnya, Perusahaan Gas Negara (PGN) membatasi suplai pasokan gas ke kawasan industri yang memiliki pembangkit listrik bertenaga gas hanya sekitar 30 persen dari jumlah biasa.
“PGN sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi karena hanya mendapat suplai gas dari Conoco Philips. Selain itu, pemerintah juga sudah membuat pilihan terbaik yakni mengutamakan masyarakat, sehingga memilih memasok gas ke PLN Batam. Pemerintah menganggap bahwa kawasan industri bisa mendapat suplai listrik dari PLN dan masing-masing punya genset bertenaga solar,” kata Sales Area Head PGN Batam, Wendy Purwanto, Jumat (22/2).
Ia mengatakan bahwa PLN Batam sudah sampai menghadap ke Istana Presiden agar meninjau kembali rencana pemadaman bergilir di Batam. Sehingga pemerintah pusat pun mempertimbangkan kembali dan pada akhirnya pemerintah tidak mengizinkan adanya pemadaman bergilir di Batam.
“Pemerintah juga lewat SKK Migas mengalokasikan pasokan gas dari sumur-sumur lainnya agar bisa didistribusikan PGN ke PLN Batam,” jelasnya.
PGN kemudian memasok gas sesuai dengan jumlah yang diminta oleh PLN Batam. Jumlahnya yakni 17 BBTUD sehingga total suplai mencapai 31 BBTUD per hari.
“Ini merupakan jumlah minimum yang diminta oleh PLN Batam, padahal bisa disuplai hingga 58 BBTUD sesuai kebutuhan normal sehari-hari. Mereka juga akan mengoperasikan pembangkit dieselnya di Baloi,” ungkapnya.
Pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang dihidupkan oleh solar ini akan beroperasi penuh selama 24 jam. Wendy mengatakan PLN sudah menyiapkan dana sekitar Rp 9 miliar untuk membeli solar selama pemeliharaan sumur gas berlangsung.
“Kami memahami situasi industri, tapi pemerintah pasti sudah memilih situasi terbaik dan alasannya jelas karena demi kepentingan masyarakat Batam,” ucapnya.
Di tempat yang sama, Humas PLN Batam, Yoga Perdana mengatakan PLN memang akan menghabiskan dana sekitar Rp 9 miliar untuk membeli solar yang dibutuhkan untuk menghidupkan PLTD di Baloi selama 24 jam.
“Kami juga akan melayani industri yang membutuhkan pasokan listrik,” ungkapnya.
Menurut Yoga, memang pemerintah pusat mengutamakan masyarakat Batam. Berdasarkan jumlah data pelanggan, dari 32 ribu pelanggan PLN Batam, 27 ribu diantaranya berasal dari golongan rumah tangga.
“Sehingga menjadi prioritas utama,” paparnya.
Sebelumnya, pengelola kawasan industri mengeluhkan pengurangan pasokan gas dari PGN.
“Informasi yang kami terima bahwa PLN Batam diberikan 100 persen pasokan gas oleh PGN, tetapi untuk pengelola kawasan indsutri yang memiliki power plant justru hanya diberikan pasokan gas hanya 30 persen dari total konsumsinya. Dan ada kemungkinan tidak ada sama sekali pasokan,” kata Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Kepri, Ok Simatupang.
Menurut Ok, pengurangan pasokan gas ini sangat mengganggu keberlangsungan pasokan listrik ke para perusahaan industri yang notabenenya industri pengolahan.
“Kami sangat mengharapkan PGN dan Kementerian ESDM dapat memberikan perhatian yang serius dalam hal ini. Jangan membuat iklim investasi tidak kondusif saat Batam sedang diserbu para investor karena perang dagang antara Amerika dan Tiongkok ini. Ini sangat serius bagi keberlangsungan iklim investasi,” ucapnya. (leo)