Jumat, 7 Februari 2025

Hasil Pemilu Diumumkan, Rupiah Malah Melemah, Ekspektasi Investor Turun

Berita Terkait

batampos.co.id – Penetapan hasil Pemilu 2019 pada Selasa (21/5/2019) dini hari kemarin mendapat respons beragam dari investor dan para pelaku pasar saham. Indeks harga saham gabungan (IHSG) langsung menguat. Namun, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS justru melemah.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi menyatakan, IHSG menguat 44,25 poin atau 0,75 persen. Sebanyak 243 saham menguat, 155 melemah, dan 141 tidak bergerak. Kata dia, kondisi ini menunjukkan pasar semakin optimistis pasca pengumuman hasil pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

“IHSG yang rebound menandakan optimisme pasar,’’ kata Inarno, Selasa (21/5).
Pekan ini, lanjut dia, modal asing yang keluar sudah masuk kembali. Pihaknya juga optimistis, setelah pengumuman dan penetapan pemenang pilpres, semakin banyak perusahaan yang melantai di pasar saham (IPO). ’’Perbedaan itu biasa, ada ketidakpuasan biasa,’’ paparnya.

Berbanding terbalik dengan IHSG, rupiah justru kembali melemah. Mengacu Bloomberg, pada penutupan perdagangan kemarin rupiah berada di posisi Rp 14.480 per dolar AS atau melemah 0,17 persen jika dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Ilustrasi

Selanjutnya, berdasar kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah berada di posisi Rp 14.462 per dolar AS atau menguat jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya.

Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menyatakan, pasca pengumuman resmi hasil pilpres, rupiah diperkirakan kembali mengalami koreksi di kisaran Rp 14.500–Rp 14.600 per dolar AS. Dia menguraikan, ada beberapa faktor yang membuat rupiah bakal kembali mengalami tekanan.

Di antaranya, kondisi pilpres tahun ini berbeda jika dibandingkan dengan 2014 lalu. Saat itu optimisme pelaku pasar pasca pemilu cukup tinggi. Ada harapan pemerintahan di bawah Jokowi bisa mendorong ekonomi tumbuh hingga 7 persen. Baca Juga: Imbauan BP Batam kepada para Investor

’’Tapi, sekarang ekspektasinya tidak setinggi itu karena melihat tren lima tahun terakhir, ekonomi hanya mampu tumbuh 5 persen. Jokowi effect berkurang di mata investor,’’ jelasnya kemarin.

Selain itu, lanjut Bhima, pengumuman hasil pilpres oleh KPU dan penolakan paslon 02 terkait dengan hasil pilpres tersebut dikhawatirkan memancing kegaduhan. Hal itu menunjukkan demokrasi yang kurang sehat karena eskalasi politik justru meningkat setelah pencoblosan selesai.

Ekonom DBS Indonesia Maysita Crystallin menyatakan, pergolakan politik di Indonesia sebetulnya masih tergolong baik. Dengan jumlah pemilih yang banyak dan pemilihan wakil rakyat yang diringkas dalam sehari, Indonesia sudah bisa membawa dana asing masuk pasca pemilu 17 April lalu.

Indonesia juga telah menga-tur kebijakan fiskal yang prudent sebelum pemilu. Dengan demikian, investor asing menilai Indonesia mempunyai prospek pertumbuhan ekonomi yang baik, tapi tetap memerhatikan segala risiko yang ada.

“Jika situasi agak meng-hangat sebelum dan pasca pemilu, saya rasa itu wajar. Mudah-mudahan ke depan tidak ada dampak negatif ke perekonomian dan keamanan bisa terus terjaga,’’ kata Sita, sapaan akrab Maysita Crystallin. Baca Juga: BP Batam Tetap Fokus Cari Investor

Menurut dia, pemerintahan ke depan bisa jadi lebih baik. Sebab, mayoritas partai di parlemen bergabung dalam koalisi yang sama dengan pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin. Hal tersebut dapat membuat penyelesaian kebijakan ekonomi lebih cepat.

’’Secara teori, kalau pemerintah dan parlemen satu tujuan, in-line, reformasi ekonomi bisa lebih mudah. Sebab, pemutusan segala sesuatu bisa lebih cepat,’’ lanjut Sita.
Ke depan, pemerintahan baru harus fokus pada stabilitas ekonomi.

Selain menerapkan solusi jangka pendek, perlu diterapkan solusi jangka panjang. Yakni, mempercepat revolusi industri dan memperbanyak pengembangan energi terbarukan.
Sebab, tantangan ekspor ke depan kian berat sehingga harus ada kebijakan yang bisa memberikan dampak secara struktural di sektor industri manufaktur dan energi.

Kebijakan struktural pada dua sektor tersebut diharapkan dapat menyubstitusi impor bahan baku industri, meningkatkan daya saing hasil produksi manufaktur, serta menurunkan defisit neraca migas.(nis/ken/rin/c22/oki)

Update