batampos.co.id – Warga Singapura masih saja berada di luar rumah saat kebijakan semi lockdown diberlakukan sejak 7 April. Kebijakan tersebut untuk memutus mata rantai penularan virus Korona. Pemerintah Singapura sudah memerintahkan mulai 21 April agar semua gerai makanan dan minuman yang merupakan bisnis pribadi, seperti kedai teh bubble, ditutup hingga 4 Mei.
Sayang, aturan itu tak digubris. Sementara, warga yang mengetahui kedai akan ditutup justru berebut untuk membeli teh. Banyak warga Singapura mengeluarkan ponsel untuk memesan teh bubble. Tetapi dengan antrean panjang justru tak ada lagi jarak aman di antara pembeli. Ketegangan memuncak antara ojek online yang mendapat order dari warga dan staf toko teh bubble. Belum lagi warga lain yang ikut membeli seperti dilansir dari AsiaOne, Rabu (22/4).
Saling dorong dan adu argumen pun tak terelakkan. Salah satunya terjadi di outlet Waterway Point di Playmade. Dalam video yang tersebar di media sosial, seorang ojek online terlihat bertingkah agresif dan meneriaki staf Playmade. “Sialan kau!” tukasnya.
Pria berusia 38 tahun itu akhirnya diamankan karena mengganggu ketenangan publik.
Dalam sebuah posting Facebook pada Rabu (22/4) pagi, Playmade curhat ada tekanan yang dialami oleh stafnya. Mereka telah menerima 150 pesanan yang berbeda, yang berjumlah rata-rata 600 gelas, dalam satu jam terakhir jelang penutupan.
Sementara itu, seorang staf yang bekerja di Liho di Century Square berusaha lari dari tekanan pekerjaan yakni lonjakan pesanan dan sampai menangis. Dia terjebak di tengah kerumunan sekitar 30 ojek online yang menunggu untuk mengambil minuman pesanan pelanggan mereka.
“Saya sudah sangat lelah semua saling dorong,” katanya sambil menangis.
Selicia Xue, pengguna Facebook yang memposting video, juga meminta orang lain untuk membatalkan pesanan mereka. Keadaan ini membuat miris di tengah situasi physical distancing yang dianjurkan pemerintah Singapura. Apalagi Singapura sudah menperpanjang masa semi lockdown hingga 1 Juni 2020.(jpg)