batampos.co.id – Frekuensi awan panas guguran (APG) dari kawah Gunung Merapi semakin intens. Pada 27 Januari pukul 00.00 hingga 14.00 WIB, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat 36 kali luncuran.
Jarak luncur APG tersebut semakin jauh. Kali ini rekor jarak luncur terjauh terjadi pada pukul 12.53 WIB dengan 317 detik serta mengarah ke Kali Krasa dan Boyong.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyatakan, luncuran APG sejalan dengan karakter erupsi Merapi yang biasanya berupa pertumbuhan kubah lava yang diikuti guguran material. BPPTKG mencatat, sejauh ini volume kubah lava berkisar 180 ribu meter kubik. Jarak luncuran tercatat bervariasi, mulai 500 meter hingga 3 kilometer. Mayoritas mengarah ke sektor selatan dan barat daya.
Hanik menjelaskan, awan panas tercatat di seismogram dengan amplitudo 15–50 mm. Durasi luncurnya pun bervariasi, mulai 83 detik hingga 197 detik. ’’Sejumlah lokasi melaporkan kejadian hujan abu dengan intensitas tipis,’’ jelas Hanik kemarin (27/1). Hujan abu dilaporkan di beberapa desa di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, dan Boyolali Kota.
Hanik menyebutkan, jarak luncur maksimal awan panas masih berada dalam radius bahaya yang direkomendasikan BPPTKG, yakni 5 kilometer dari puncak gunung merapi pada alur Kali Boyong, Bedok, Krasak, Gubeng, dan Putih.
Karena itu, Hanik mengimbau masyarakat tidak melakukan aktivitas di daerah yang direkomendasikan tersebut. Hujan abu dapat terjadi akibat awan panas guguran. ’’Masyarakat diharapkan mengantisipasi gangguan abu vulkanis seperti menggunakan masker, kacamata, dan menutup sumber-sumber air,’’ jelasnya.
Sejauh ini, kata Hanik, rekomendasi potensi bahaya di gunung merapi adalah guguran lava dan awan panas pada sektor selatan dan barat daya dengan jarak maksimal 5 km dari puncak. ’’Sementara itu, erupsi eksplosif masih berpeluang terjadi dengan lontaran material vulkanis diperkirakan menjangkau radius 3 km dari puncak,’’ ujarnya.
Berdasar pantauan Jawa Pos Radar Jogja, meski Gunung Merapi kembali meluncurkan awan panas, warga Kalitengah Lor memilih tetap tinggal di dalam rumah. Panewu (pejabat setingkat camat) Cangkringan Suparmono menjelaskan, saat ada luncuran awan panas ke arah barat daya, warga Kalitengah Lor sempat berkumpul di titik kumpul.
Namun, warga akhirnya memilih kembali ke rumah masing-masing. Hingga kemarin, tidak ada yang turun ke pengungsian. ”Kondisi aman terkendali,” kata Suparmono kemarin (27/1).
Sementara itu, Komandan TRC BPBD Sleman Sugiyanto mengungkapkan, meski pergerakan angin ke arah timur cukup kencang, tidak ada sebaran abu di wilayah Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidul. Saat guguran awan panas terjadi, warga Kalitengah Lor juga hanya berkumpul di titik kumpul dan berada di pinggir jalan. ”Pergerakan ke barak belum ada sampai saat ini,” ungkap Sugiyanto.
Menurut dia, wilayah Cangkringan dan Turi masuk dalam kategori aman. Pihaknya juga tetap memberikan pendampingan kepada warga, khususnya di Kalitengah Lor. Bersama PRB dusun, KSM Glagaharjo, TRC BPBD Sleman, dan Unitlak Kalurahan Glagaharjo. ”Sementara yang turun warga di wilayah Turgo,” ujar Sugiyanto.(jpg)