batampos.co.id – Sektor industri di Batam semakin bervariatif
dengan hadirnya industri pengelola limbah kapal atau biasa dikenal dengan industri tank cleaning.
Pabrik tersebut bernama Batam Slop & Sludge Treatment Center (BSSTEC), yang berlokasi di kaki Jembatan 2 Barelang.
”Industri tank cleaning ini mencuci bak-bak kapal yang penuh dengan limbah sludge oil. Pabriknya sudah mulai konstruksi di Pulau Nipah, tepat di kaki Jembatan 2. Saya lihat sudah ada tanki-tanki besar berdiri di sana,” kata Deputi III BP Batam, Sudirman Saad, seperti yang diberitakan Harian Batam Pos, Senin
(15/3/2021).
BSSTEC ini merupakan investor lokal, tapi sudah menginvestasikan lebih dari Rp 1 triliun untuk pembangunan
tahap pertama.
”Investor dari Karimun. Mereka sudah punya lahan sebelumnya, kurang dari 10 hektare,” paparnya.
Lebih lanjut lagi, Sudirman menjelaskan, nanti ketika beroperasi, kapal-kapal tanker akan singgah ke Jembatan 2 Barelang untuk dikeluarkan isi tankinya.
”Selama ini, memang benar-benar harus difasilitasi. Kalau tidak begitu, nanti limbahnya dibuang ke laut. Makanya, sebelum itu pemerintah berada di posisi dilematis. Kapal-kapal dipaksa agar jangan membuang limbahnya ke laut, tapi tidak ada fasilitasnya. Makanya industri semacam ini dibutuhkan untuk masa depan Batam,” tuturnya.
BSSTEC menggunakan teknologi tinggi dan ramah lingkungan, sehingga hasil olahan limbah diproses menjadi barang bernilai ekonomis.
”Produknya jadi bernilai ekonomi tinggi. Ada yang menjadi bahan bakar minyak (BBM), semen, dan juga batu bata. Industri semacam ini tidak memberi dampak yang merusak lingkungan.
Sehingga bisa jadi investasi baru di masa depan dan perlu dijaga,” paparnya.
Ia kemudian menjelaskan, BSSTEC mengikuti analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) dan perizinan yang sesuai tata ruang Batam.
”Ada Amdal-nya dan tata ruang yang terakomodir di Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang tengah berproses di Pemerintah Kota (Pemko) Batam,” ungkapnya.
Pria berkacamata ini menyebut, dengan rampungnya anti pabrik tersebut, maka persoalan limbah buangan kapal yang sering menghantui pantai-pantai di Batam, bisa segera teratasi.
Karena bersifat high tech, industri seperti ini tidak terlalu menggunakan banyak tenaga kerja.
Sementara itu, Penasihat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Marsetio, mengatakan, Batam beruntung memiliki pabrik pengelolaan limbah yang pertama.
Perizinan Amdal-nya juga dibantu Pemko Batam, sehingga terbit dalam dua minggu.
”Jangan dihambat izinnya. Karena selama ini, di Batam belum ada fasilitas seperti ini. Sekarang sudah ada pabriknya di Jembatan 2 dengan luas lahan sembilan hektare,” paparnya.
Marsetio mengatakan, terus mendukung pengembangan indsustri di Batam, khususnya terkait dengan penataan perizinan.
”Kami berharap terus dikembangkan dan diupayakan terus memberikan kemudahan investasi,” ucapnya.(jpg)