batampos.co.id – Gubernur Kepri Ansar Ahmad berjanji akan
segera menuntaskan tambahan studi ekonomi yang diminta Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, terkait rencana pembangunan Jembatan Batam-
Bintan (Babin).
Sebab, selain studi teknis yang sudah selesai, kajian ekonomi dianggap sangat penting dengan keberadaan jembatan itu di masa depan.
“Pak Gubernur, dibuat nanti studi keekonomiannya. Bisa dihitung kok manfaatnya keekonomiannya,” kata Luhut kepada Ansar, begitu melihat maket Jembatan Babin, saat diajak meninjau landing point Jembatan Babin, di Kabil, Kota Batam, Kamis (18/3/2021) seperti yang diberitakan Harian Batam Pos.
Mendegar permintaan Luhut, Ansar langsung menyanggupi.
“Segera kami siapkan,” kata Ansar, spontan.
Luhut meninjau landing point itu bersama Menko Polhukam Mahfud MD dan Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, serta beberapa pejabat penting lainnya dari Jakarta.
Usai meninjau, kepada wartawan, Luhut kembali menegaskan, pentingnya kajian dampak ekonomi pembangunan Jembatan Babin.
Sehingga, kehadiran Jembatan Babin ke depan bisa berdampak ekonomis lebih besar. Khususnya wilayah-wilayah terhubung.
Apalagi, pembangunan jembatan itu membutuhkan dana besar. Luhut tak mau nasib Jembatan Babin seperti jembatan-jembatan di Barelang yang dibangun dengan dana cukup besar kala itu, namun dampak ekonominya hingga saat ini belum maksimal.
Diakui Luhut, dalam laporan yang disampaikan Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, jika Jembatan Babin dibangun, maka potensi kendaraan yang melintas, sekitar 7.000 per hari.
Namun, diminta agar ada studi. Studi yang dilakukan juga diminta dengan perhitungan yang matang.
Bukan hanya jumlah kendaraan yang lalu lalang dan potensi
pemasukan, tapi sampai pada dampak ekonomi yang lebih
luas lagi.
“Sehingga pemanfaatan uang yang diinvestasikan tidak sia-sia. Kalau di sini seperti apa yang dilaporkan Pak Gubernur bisa 7.000 mobil satu hari, saya kira bisalah. Tapi harus dari hasil studi. Jangan membuat studi yang hasilnya tidak tetap,” pesan Luhut.
Luhut juga menyinggung terkait lego jangkar, dan industri clean energy dalam menangani masalah limbah oli, penertiban kapal, dan lainnya.
Ia meminta penanganannya dilakukan terintegrasi. Terutama antara penanganan limbah dan penertiban kapal hingga labuh jangkar.
”Karena masalah limbah ini, rupanya sangat besar (di Kepri). Tadi sudah disebutkan hampir 40 sampai 50 ribu ton per satu bulan. Makanya hadir perusahaan clean energy (Batam Slop and Sludge Treatment Center/BSSTEC), untuk mengubah jadi energi yang bagus,” bebernya.
Ke depan, diakui hal itu menjadi perhatian mereka, sehingga dia mengajak Menkopolhukam Mahfud MD.
”Kami berbarengan hadir dengan Menkopolhukam hadir, karena menyangkut masalah keamanan. Nanti akan kami koordinasikan
bersama. Supaya semua penyelesaian lebih terintegrasi,” ujarnya.(jpg)