batampos.co.id – Krisis perang di Syria selama bertahun-tahun membuat populasi di seluruh negeri terus berjuang. Apalagi Ramadan, terasa sulit bagi mereka dengan tingkat pengangguran yang meningkat, pendapatan yang menyusut, harga yang melonjak atau kekurangan barang kebutuhan pokok. Ramadan harus disesuaikan dengan dinamika ekonomi rumah tangga.
Muslim Syria harus melepaskan banyak kebiasaan Ramadan sebelumnya, termasuk jamuan buka puasa bersama demi mematuhi anggaran yang ketat. Berbasis di Homs, salah seorang warga, Khaled Wahoud, kepala keluarga beranggotakan 8 orang, memiliki dua pekerjaan ganda. Dia adalah pegawai pemerintah pada siang hari dan menjadi sopir taksi pada malam hari. Pada akhirnya, yang bisa mereka dapatkan hanyalah kebutuhan pokok.
“Ini adalah masa-masa sulit. Meski kami bekerja siang dan malam, kami hampir tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar keluarga, terkadang tidak semua kebutuhan,” kata Wahoud.
Dia menambahkan bahwa Ramadan memiliki ritualnya sendiri, termasuk makan besar dengan hidangan lezat. Terkait dengan ritual tersebut, Wahoud mengurangi hidangan daging yang mahal menjelang Ramadan, menghemat apa yang dia mampu untuk membeli daging sapi, domba, dan ayam di bulan puasa.
Tidak seperti Wahoud, Youssef Suleiman, 38, adalah satu-satunya pencari nafkah dari lima anggota keluarganya. Suleiman mengatakan kepada Enab Baladi bahwa penghasilannya tidak lagi mencukupi kebutuhan pokok keluarganya karena mahalnya harga pakan dan biaya tambahan yang diperlukan untuk beternak sapi.
Dia mencontohkan kenaikan harga pangan yang cukup tajam sejak Ramadan lalu. “Kami makan setidaknya lima kali makan ayam Ramadan lalu. Tahun ini, semuanya akan berbeda,” katanya.
Dia menambahkan bahwa satu kilogram beras dan satu ayam harganya USD 6,2. Belum lagi biaya bahan bakar memasak, dan rempah-rempah. Eman tidak mampu membeli sebagian besar produk makanan yang dibutuhkan untuk berbuka puasa dan sahur, yang menurutnya sangat mahal dibandingkan harga sebelumnya di bulan Ramadan. Eman memiliki gaji mengajar yang stabil sedangkan suaminya tidak.
Tidak Ada Undangan Buka Puasa Bersama
Iftar atau buka puasa bukanlah tentang pesta yang kaya dan miskin. Tentu dengan merayakan ikatan keluarga, persahabatan, dan menikmati berkat berbagi makanan dengan orang yang berpuasa. Mounir, seorang pegawai pemerintah di Aleppo, memutuskan untuk menyantap semua makanan berbuka puasa di rumah. Dia tidak akan menerima undangan buka puasa karena situasi keuangannya yang sulit, yang dia bagikan dengan semua kenalannya.
“Perjamuan Ramadan dalam keadaan yang mengerikan seperti ini merupakan beban berat bagi orang-orang,” katanya.
Dalam laporan 5 April, Qasioun, surat kabar ekonomi online, melaporkan bahwa biaya hidup keluarga beranggotakan lima orang meningkat 42 persen sejak bulan pertama 2021. Hidangan utama Ramadan di sana hanya mengandalkan sayuran.
Dengan kenaikan harga daging, banyak keluarga Syria mencari alternatif yang lebih murah, membatasi banyak resep mereka hanya pada sayuran. Atau juga dengan hanya menyantap roti khas negara setempat.(jpg)