Senin, 25 November 2024

Ini Kata Ahli Soal Kemanjuran Sinovac, Vaksin Pfizer, dan Moderna

Berita Terkait

batampos.co.id – Vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna sering dibandingkan dengan vaksin Tiongkok seperti Sinovac. Imej kemanjuran vaksin yang tersedia pun membuat seseorang bisa ragu-ragu untuk divaksinasi. Lalu apa bedanya?

Teknologi virus yang tidak aktif dari Sinovac membuat seseorang disuntik dengan partikel virus Korona yang mati, memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi terhadap Covid-19.

Sedangkan vaksin Pfizer dan Moderna yang menggunakan mRNA, melibatkan penyuntikan potongan kode genetik virus ke pasien. Cara bekerjanya untuk mengarahkan produksi bagian tertentu dari virus, protein lonjakan, untuk memicu respons imun tanpa membuat pasien terpapar virus.

Uji coba teknologi mRNA pada manusia dimulai pada 2009, sementara vaksin dari virus yang tidak aktif sudah lebih lama diperkenalkan pada akhir abad ke-19. Dan sejak itu vaksin konvensional telah digunakan untuk mengobati penyakit seperti tipus, polio, dan bahkan flu musiman.

Tetapi apakah Sinovac aman?

Dilansir dari Channel News Asia, Jumat (20/8), berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada 10 Agustus, 85 ribu orang di Singapura akan menerima dosis pertama vaksin Sinovac pada 12 Agustus. Spesialis penyakit menular Loh Jiashen dari Rumah Sakit Farrer Park Singapura mencatat bahwa Sinovac lebih aman daripada vaksin mRNA bagi mereka yang memiliki riwayat alergi. Sinovac telah digunakan dalam jutaan dosis di seluruh dunia.

“Memang jumlah data (mRNA) yang kembali sangat teliti, kuat, dan seluruh data telah diperiksa di bawah mikroskop. Sementara data keamanan Sinovac tidak seterbuka dan tidak tersedia untuk umum,” paparnya.

Dia mencatat bahwa tingkat kemanjuran Sinovac adalah 51 persen, sedangkan vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna masing-masing adalah 95 persen dan 94 persen. Semakin tinggi tingkat kemanjuran, semakin banyak perlindungan terhadap penyakit simtomatik.

“Dalam uji coba awal, ditunjukkan bahwa antibodi (tingkat) yang dihasilkan oleh vaksin Sinovac lebih rendah daripada yang dihasilkan oleh orang yang terkena Covid-19,” katanya.

Sebuah studi Mayo Clinic baru-baru ini di Minnesota, menemukan bahwa efektivitas vaksin mRNA terhadap varian Delta telah turun menjadi 76 persen untuk Moderna dan 42 persen untuk Pfizer-BioNTech. Studi ini belum ditinjau oleh rekan sejawat.

Namun, di sisi lain, sebuah penelitian di Inggris yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine menemukan bahwa vaksin Pfizer-BioNTech 88 persen efektif melawan varian Delta.

Menurut anggota Komite Pakar Vaksinasi Covid-19 Danny Soon, di Singapura, Sinovac diberikan sebagai opsi pada saat ini karena mungkin ada beberapa orang yang memiliki preferensi pribadi untuk itu. Mungkin ada beberapa yang tidak memenuhi syarat untuk vaksin mRNA karena alergi

“Kesimpulannya apapun vaksinnya, lebih baik melakukan vaksinasi daripada tidak melakukan vaksinasi sama sekali,” tegas Soon.(jpg)

 

Update