Pelabuhan adalah terminal utama bagi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Salah satunya adalah Pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP) yang menjadi beranda Ibu Kota Provinsi Kepri, Tanjungpinang. Pelindo 1 Tanjungpinang sebagai pengelola sudah berinvestasi besar untuk melakukan pembenahan berbagai infrastruktur disana. Tujuannya selain dari aspek estetika, tidak lain adalah untuk peningkatan pelayanan, memberikan rasa aman, dan nyaman.
JAILANI, Tanjungpinang
Dari Pulau Penyengat Indra Sakti yang merupakan lokasi istana raja-raja Kerajaan Riau Lingga, Pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP) Tanjungpinang tampak begitu megah. Dipadu dengan warna merah, hijau, dan kuning pelabuhan yang dikelola oleh Pelabuhan Indonesia (Pelindo) 1 Cabang Tanjungpinang tersebut semakin memikat. Apalagi cat-cat yang disematkan adalah merupakan warna khas Bumi Melayu.
Dari kejauhan, bangunan tersebut terlihat seperti kupu-kupu yang sedang mengembangkan sayap-sayapnya. Apabila lalui dari sisi darat pelabuhan, ada trestle panjang membentang untuk menuju bangunan utama pelabuhan. Pada sisi sayap sebelah kiri adalah merupakan bangunan utama untuk kebutuhan pelayaran domestik atau dalam negeri. Sedangkan sebelah kanan dirancang sebagai Pelabuhan Internasional SBP Tanjungpinang.
Apabila dilalui dari sisi darat pelabuhan, trestle panjang sudah menyambut. Bangunan penghubung itu, terlihat mengular puluhan meter diatas laut. Sebelum memasuki ruangan utama, pengguna pelabuhan terlebih dahulu akan disambut oleh loket e-pass untuk akses masuk pelabuhan. Kemudian di dalam ruang berjejer loket-loket tiket kapal keberbagai daerah antar pulau bagi yang tidak membeli e-ticket.
Pada area ruang tunggu pelabuhan, juga berdiri gerai-gerai usaha. Baik itu tempat makan minum, maupun oleh-oleh. Masih lokasi yang sama juga tersedia tandas yang bersih dan nyaman sebagai standar pelayanan pelabuhan. Bahkan konsep tersebut pelayanannya sudah seperti di bandar udara (Bandara). Bersebelahan dengan toilet, juga ada musala bagi yang ingin melaksanakan salat sembari menunggu waktu berangkat.
Pelabuhan ini memegang peran penting dalam pelayaran domestik dan internasional. Karena menghubungkan ke berbagai daerah dalam dalam Provinsi (Kota Batam, Kabupaten Karimun, Kabupaten Anambas, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga). Kemudian untuk luar Provinsi menghubungkan beberapa pelabuhn yang ada di Provinsi Riau. Sedangkan untuk internasional tujuannya adalah Singapura dan Malaysia.
“Revitalisasi dalam skala besar sudah mulai dilakukan Pelindo sejak tahun 2017 lalu untuk Pelabuhan SBP Tanjungpinang ini. Karena berdasarkan design pembangunan dan penataan Pelabuhan SBP Tanjungpinang adalah sebesar Rp80 miliar. Pada tahun pertama di 2017 sebesar Rp43 miliar,” ujar General Maneger (GM) Pelindo 1 Cabang Tanjungpinang, Yusrizal, Senin (20/9).
Sembari membolak balik berkas, Yusrizal mengatakan pembangunan dan penataan di Pelabuhan SBP Tanjungpinang dilakukan secara bertahap. Pada tahun ini, fokus pekerjaan pihaknya adalah merampungkan revitalisasi trestle pelabuhan. Baik itu untuk akses domestik maupun internasional. Ia yakin, dengan adanya trestle yang nyaman dan elegan akan memberikan sensai baru bagi masyarakat yang datang maupun pergi dari Pelabuhan SBP Tanjungpinang.
“Pandemi Covid-19 memang turut menggerus jumlah penumpang yang melintasi di Pelabuhan SBP Tanjungpinang. Namun pada sisi lainnya, kita bisa memanfaatkan kelonggaran yang ada untuk melakukan berbagai pembenahan pendukung. Mulai dari trestel sampai kawasan parkir,” jelas Yusrizal.
Gubernur Kepri, Ansar Ahmad mengatakan, pelabuhan adalah terminal utama di Provinsi Kepri. Karena Kepri adalah merupakan daerah kepulauan. Atas dasar itu, daerah-daerah membutuhkan pelabuhan yang representatif. Ia juga mengharapkan Pelindo 1 Tanjungpinang sebagai pengelola Pelabuhan SBP Tanjungpinang terus memberikan pelayanan yang prima kepada pengguna jasa pelabuhan.
“Pelabuhan SBP Tanjungpinang adalah salah satu pelabuhan domestik tersibuk di Indonesia. Karena dalam satu hari sekitar 2.000 orang lalu lalang di pelabuhan ini,” ujar Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, Senin (20/9) di Tanjungpinang.
Sementara itu, Zainudin, warga Batam memberikan apresiasi atas pelayanan yang disuguhkan oleh Pelindo 1 Cabang Tanjungpinang, sebagai pengelola Pelabuhan SBP Tanjungpinang. Menurutnya, banyak perubahan yang sudah dilakukan oleh perusahaan tersebut. Karena kini, Pelabuhan SBP Tanjungpinang sudah tidak semeraut lagi.
“Sudah ada berbagai fasilitas pendukung. Tentu ini akan meningkatkan standar pelayanan di pelabuhan ini menjadi lebih baik lagi. Apalagi ditengah pandemi ini, Pelabuhan SBP benar-benar menerapkan protkes yang ketat untuk menekan penyebaran Covid-19,” ujar Zainuddin ditemui di Pelabuhan SBP Tanjungpinang, Senin (20/9)
Bertekad Tingkatkan Pelayanan Prima
Pada 2018 lalu, Pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP) Tanjungpinang menyabet predikat Prima Utama dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Lantaran dinilai menjadi pelabuhan terbaik yang sudah ditetapkan sebagai pilot project nasional di bidang kepelabuhanan.
“Predikat Prima Utama adalah penghargaan tertinggi dari Kemenhub. Yakni dalam bidang Pelayanan Publik Sektor Transportasi Tahun 2018. Tentu raihan tersebut menjadi spirit untuk kita meningkatkan pelayanan lebih baik lagi,” ujar GM Pelindo 1 Cabang Tanjungpinang, Yusrizal.
Dijelaskannya, terpilihnya Pelabuhan SBP, Tanjungpinang tentunya tidak lepas dari terbosan-terobosan yang sudah dilakukan Pelindo 1 Cabang Tanjungpinang. Mulai dari penerapan non tunai yang terdiri dari e-Berthing (pelayanan tambat kapal secara online), e-pass (pas masuk elektronik), e-parking.
“Selain juga adalah penerapan e-ticketing. Terobosan yang dilakukan Pelindo 1 Cabang Tanjungpinang adalah upaya untuk selalu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat,” jelasnya.
Disebutkannya, kapasita Pelabuhan SBP Tanjungpinang, baik domestik maupun internasional adalah sebanyak 1.600 penumpang. Yakni terdiri dari 600 penumpang untuk ruang tunggu domestik. Kemudian ruang tunggu dermaga sebanyak 350 orang. Sementara itu, untuk daya tampung ruang tunggu internasional sebelum cap paspor sebanyak 350 orang.
“Sedangkan setelah cap paspor sebanyak 400 orang. Besarnya daya tampung tersebut, tentunya tidak lepas dari sibuknya aktivitas di Pelabuhan SBP Tanjungpinang. Namun karena kondisi pandemi, tentu aktivitas tidak sesibuk pada situasi normal,” jelasnya lagi.
Ditegaskannya, juga, pihaknya menjamin keamanan bagi pengguna jasa pelabuhan di SBP Tanjungpinang. Selain didukung dengan sekuriti kawasan pelabuhan, juga dilengkapi dengan sejumlah Closed Circuit Television (CCTV). Kemudian dalam hal, turun naik penumpang juga diatur ketertibannya.
“Komitmen kami adalah untuk memberikan yang terbaik. Karena ketika masyarakat sebagai pengguna jasa pelabuhan merasa aman dan nyaman, tentu satu kebanggan bagi kami,” tutup Yusrizal.
Terpisah, Legislator DPRD Provinsi Kepri utusan Ibu Kota Provinsi Kepri, Tanjungpinang, Rudy Chua mengatakan Pelabuhan SBP Tanjungpinang adalah wajah Ibu Kota Provinsi Kepri. Politisi Partai Hanura tersebut mengharapkan, Pelindo 1 Cabang Tanjungpinang sebagai pengelola pelabuhan benar-benar berkomitmen untuk memberikan yang terbaik.
“Selain soal pelayanan, tentu keindahan pelabuhan menjadi salah satu nilai. Sehingga tidak diperguncingkan orang, apakah wisatawan yang datang untuk keperluan bisnis dan sebagainya,” ujar Rudy Chua.
Pelindo 1 Cabang Tanjungpinang Siap Berintegrasi
Asisten Manajer Pelayanan Pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP) PT Pelindo Tanjungpinang, Raja Junjungan Nasution mengatakan rencana besar pemerintah melakukan integrasi (penggabungan) BUMN Pelabuhan yakni PT Pelabuhan Indonesia I, II, III, dan IV dalam suatu entitas tunggal disambut baik Pelindo 1 Cabang Tanjungpinang.
“Integrasi Pelindo ini akan menciptakan sinergi BUMN Pelabuhan dengan standarisasi operasional untuk meningkatkan efisiensi logsitik nasional,” ujar Raja Junjungan Nasution, Senin (20/9)
Menurutnya, kebijakan pemerintah melakukan integrasi Pelindo adalah untuk meningkatkan konektivitas nasional dan standarisasi pelayanan pelabuhan, layanan logistik yang terintegrasi, serta meningkatkan skala usaha dan penciptaan nilai BUMN Layanan Pelabuhan melalui keunggulan operasional serta komersial dan keuangan.
Skema integrasi BUMN Pelabuhan dipilih karena mempertimbangkan beberapa faktor antara lain potensi penciptaan nilai yang efisien dan terkoordinasi secara sistematis, fokus kompetensi yang dimiliki saat ini, tingkat disrupsi yang tidak terlalu tinggi karena terdapat penyesuaian sinergi secara bertahap dari business as usual. Selain itu, cost of fund dapat dioptimalkan dengan sebagai entitas yang lebih besar dan kuat, entitas penerima penggabungan (surviving entity) bisa mengelola aset lebih baik dan efisien, serta penggabungan ini bisa segera diwujudkan karena bisnis yang dimiliki serupa.
“Nantinya dengan integrasi ini akan ada pengelompokan atau klaster untuk kegiatan bisnis sejenis, yang akan dibagi menjadi empat, yaitu petikemas, nonpetikemas, logistik, serta marine and equipment. Dengan adanya klaster bisnis ini diharapkan nantinya untuk setiap kegiatan ini memiliki layanan dan performansi yang sama sehingga mampu mengelola asset lebih efisien dan menurunkan biaya logistik,” jelasnya.(jpg)