Jumat, 29 Maret 2024

Visi Tanpa Aksi Adalah Mimpi

Berita Terkait

Amat Victoria Curam – Persiapan adalah dasar kemenangan (Pribahasa Latin)

Indonesia beruntung punya pemimpin seperti Soekarno di era awal berdirinya bangsa ini. Terlepas dari pandangan dan sikap politiknya, kita harus mengakui bahwa Soekarno adalah orang yang visioner. Kemampuannya untuk melihat melampaui jamannya patut mendapat rasa hormat.

Beliau berhasil meletakan dasar-dasar konstruksi yang kokoh bagi negeri ini. Sangking kokohnya, pondasi itu mampu menjawab tantangan jaman. Relevan digunakan, bahkan ketika era saat ini sudah berubah jauh dibanding era beliau. Tidak hanya di sisi ideologi. Tapi juga pembangunan infrastruktur.

Warisan-warisan infrastruktur yang digagas dan dibangun di era bung Karno masih saja mampu membuat kita bangga hingga hari ini.

Indonesia sudah punya stadion olahraga sekelas Gelora Bung Karno (GBK) tahun 1962. Kapasitasnya mencapai 110 ribu orang. Merupakan salah satu yang terbesar di Dunia saat itu. Saingannya hanya stadion di negara-negara maju. Padahal saat itu Indonesia masih sangat muda. Sekitar 18 tahun.

Tapi tahukah Anda jika pembangunan GBK menuai kritik tajam?
Megahnya GBK kala itu dianggap sebagai pemborosan. Wajar saja, karena rakyat saat itu juga masih banyak yang belum sejahtera. Bahkan banyak yang bilang pembangunan GBK adalah ambisi Soekarno untuk memenuhi hasratnya agar bisa pamer kepada dunia.

Apa benar?

“Ini semua bukanlah untuk kejayaanku, semua ini dibangun demi kejayaan bangsa. Supaya bangsaku dihargai oleh seluruh dunia.” Itulah pembelaan Bung Karno yang dia tulis dalam kritik buku biografinya. Judulnya, Penyambung Lidah Rakyat.

Pembelaan ini kelak terbukti lewat berbagai warisan GBK selama lebih dari setengah abad. Indonesia selalu saja banjir pujian setelah berhasil menggelar event akbar berskala internasional di GBK.

Masih segar diingatan kita, bagaimana Indonesia mendapat apresiasi tinggi dari berbagai negara-negara besar di dunia setelah sukses menggelar perhelatan Asian Games 2018 lalu. Opening dan Closing Ceremony yang digelar di GBK mengundang decak kagum dunia.

GBK Sekali lagi menjadi arena Indonesia menunjukkan kebolehannya kepada dunia. Sekali lagi, Indoneisa bisa membusungkan dada. Seperti kata Bung Karno, bangsanya dihargai dunia. Berkali-kali.

Bisa Anda bayangkan jika saat itu Bung Karno tak jadi membangun GBK? Bagaimana jika dia lebih mendengar kritik, ketimbang mengeksekusi gagasannya yang visioner itu?

Namun setelah era tersebut, apakah ada pembangunan yang dipersiapkan untuk menjawab tantangan puluhan tahun kedepan?
Ada. Tapi tidak banyak. Beberapa generasi berikutnya, Indonesia disibukkan dengan membuat perencanaan-perencanaan yang hebat. Mungkin tidak banyak yang tahu, bahwa perencanaan Mass Rapid Transit (MRT) di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1985. Era Presiden Soeharto.

Sudah lama ternyata ya?

Tapi apa yang terjadi? Semua mandek sampai batas perencanaan. Eksekusinya selalu saja gagal. Terlalu banyak pertimbangan. Terlalu banyak mengukur untung rugi. Terlalu banyak mengukur faktor resiko. Dan sebagainya. Akhirnya tidak pernah terealisasi.

Berbeda sekali kan dengan Soekarno? Yang mempersiapkan rencana dengan detil, kemudian berani mengeksekusi. Kalau Anda kebanyakan pertimbangan, rencana apapun tidak akan sampai pada tataran implementasi. Itu kelemahan terbesar Indonesia.

Apa gunanya rencana yang hebat tanpa eksekusi?

Rencana hebat Anda hanya akan jadi omong kosong bila tidak dieksekusi. Lebih baik bila Anda merealisasikan sesuatu tanpa perencanaan – meskipun barangkali tidak sempurna, ketimbang punya rencana hebat tapi tak dieksekusi.

Saya bukan sedang mengatakan bahwa sebaiknya Anda mengeksekusi sesuatu tanpa rencana. Tidak. Tapi Saya hanya ingin membandingkan bahwa perencanaan yang baik baru punya nilai tambah besar bila Anda mengeksekusinya.

Nyatanya, eksekusi proyek MRT baru dilakukan empat sampai lima tahun belakangan. Ini kemajuan besar. Akhirnya ada yang berani merealisasikan perencanaan puluhan tahun.

Andai kata Indonesia lebih berani mengeksekusi rencana pembangunan MRT sejak dulu, mungkin masalah transportasi umum yang ada sekarang bisa diminimalisir.

Batam sedikit lebih unik. Kota ini dibangun dengan perencanaan visioner. Batam tidak diproyeksi menyaingi kota lain di dalam negeri. Tidak. Tapi untuk bersaing dengan sebuah negara dengan pertumbuhan ekonomi paling maju di kawasan ASEAN. Menyaingi Singapura.

Untuk itu, rancangan strategis pembangunan Batam disusun secara detil. Dukungan untuk mendongkrak daya saing Batam dilakukan dari berbagai sektor. Baik dari regulasi, hingga pembangunan infrastruktur pendukung.

Salah satu yang membanggakan Batam adalah kehadiran Bandara Hang Nadim. Bandara ini mulai beroperasi pada tahun 1984 dengan panjang landasan pacu 4.025 meter. Terpanjang di Indonesia, dan terpanjang kedua di ASEAN. Bandara Hang Nadim dapat menampung 18 pesawat berbadan lebar.

Kota mana di Indonesia yang punya Bandara sekelas Hang Nadim saat itu? Belum ada yang punya. Saat kota lain belum ada apa-apanya, Batam sudah ada apa-apanya.

Batam juga punya pelabuhan Batuampar. Dengan kapasitas mencapai 25 ribu DWT. Saat itu Pelabuhan Batuampar termasuk yang terbesar di Indonesia. Prestisius.

Tahun 1995, Batam sudah punya 5 bendungan berkapasitas 3.850 litar perdetik. Cadangan air ini bisa menjamin kebutuhan Batam untuk 25 tahun kedepan, dengan estimasi jumlah penduduk mencapai 1,5 juta jiwa.

Saya rasa saat itu Batam mempersiapkan masa depannya dengan baik. Persiapan-persiapan itu membuat kota ini berdaya saing tinggi. Pertumbuhan ekonomi tumbuh pesat. Bahkan Batam salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi Nasional.

Namun celakanya, Batam gagal melakukan kontrol dan pemeliharaan. Contoh bendungan-bendungan yang ada di Batam.
Berapa besar uang yang sudah dikeluarkan untuk membangun bendungan-bendungan itu? Satu bendungan bisa ratusan miliar Rupiah. Tapi apakah bendungan-bendungan itu dipelihara dengan baik? Tidak.

Sejak pertama kali dibangun, belum ada bendungan yang pernah dikeruk. Padahal banyak bendungan yang sudah mengalami sedimentasi sangat parah. Akibatnya, daya tampungnya berkurang drastis. Contohnya saja Sei Harapan. Sekarang daya tampungnya turun 30 persen.

Jika tahun 1995 Batam mempersiapkan cadangan air baku untuk 25 tahun kedepan, sekarang malah hampir saja defisit air baku. Cadangan Batam tinggal 350 liter perdetik. Padahal pertumbuhan penduduknya pesat. Rata-rata 8 persen pertahun.

Bisa bertahan berapa lama cadangan air baku yang 350 liter per detik itu?

Mana tambahan cadangan air baku untuk 25 tahun mendatang? Belum ada.

Kita cenderung take it for granted. Membiarkan begitu saja. Toh sejauh ini tak ada masalah. Kita tak sadar, masalah itu tak muncul seketika. Nanti. Bertahun-tahun kemudian.

Dulu Bandara Hang Nadim jadi kebanggaan. Hebat. Tapi sekarang Hang Nadim itu sudah tak ada apa-apanya dibanding Bandara di sejumlah kota. Coba lihat di Semarang, Kertajati, Medan, atau kota besar lainnya. Hang Nadim jadi kelihatan usang.

Batam perlu perencanaan masa depan yang luar biasa.

Perencanaan yang mampu memecahkan masalah secara holistik dan bersifat jangka panjang. Karena keberhasilan sebuah kota hanya bisa dicapai bila mampu melihat untuk jangka panjang. Kalau tidak, maka tak akan pernah berhasil.

Saya harus angkat topi dengan proyek pelebaran jalan yang gencar dilakukan belakangan ini. Semua jalan protokol sudah 2 jalur dan terdiri lebih dari 3 lajur. Itu luar biasa.

Inilah contoh proyek masa depan. Batam membangun sebelum terjadi musibah. Solusi sudah disiapkan sebelum masalahnya terjadi. Ketika macet terlalu parah. Belum banyak PKL tinggal di sepanjang sisi jalan, sehingga untuk melebarkan jalan saja sudah tak bisa.

Kita harus sadar, perencanaan yang matang tidak akan punya nilai tambah tanpa eksekusi. Tapi tidak berhenti sampai disitu. Anda juga harus melakukan kontrol. Tanpa proses eksekusi dan kontrol, Anda akan sulit maju, karena tak ada kesempatan untuk continuous improvement. Jadinya tak maju-maju.

Kamipun berupaya penuh menyusun persiapan-persiapan untuk mendukung Batam mencapai cita-citanya. Sebagai perusahaan yang bergerak dalam pengeloalan air bersih, ATB mempersiapkan masterplan jangka panjang.

Untuk menjadikan ATB sebagai perusahaan air bersih terbaik di Indonesia itu sudah direncanakan lebih dari 20 tahun lalu.

Masterplan itu kami jalankan dengan komitmen dan konsisten. Jadi keberhasilan yang kami capai hari ini tak datang tiba-tiba. Tak ada yang namanya barang instan.

Kami mempersiapkan masterplan pengembangan jaringan secara detail. Kami memperhitungkan kebutuhan hingga 25 tahun kedepan. Tentunya perhitungan dilakukan dengan data yang akurat, sehingga risiko bisa ditekan sampai nilai minimal.

Sekarang panjang jaringan pipa ATB sudah mencapai lebih dari 4.000 Km. Bila dibentangkan, panjangnya 4 kali pulau Jawa. Jaringan pipa ini sudah mencapai sudut terjauh pulau Batam.

Melayani 99,8 persen pelanggan di pulau Batam. ATB merupakan perusahaan air bersih dengan coverage area tertinggi di Indonesia.

Rencana pengembangan Instalasi Pengolahan Air (IPA) juga dilakukan dengan detil. Sesuai dengan kebutuhan pulau Batam. Saat ini ATB telah membangun 6 IPA di 5 waduk yang ada di Batam. Kapasitas produksinya mencapai 3.500 liter perdetik. Tumbuh hampir 4 kali lipat dibanding 24 tahun lalu.

Penggunaan dan pengembangan teknologi juga masuk dalam rencana induk yang disusun ATB lebih dari 20 tahun lalu. Padahal ketika itu belum ada contoh kasus perusahaan yang menggunakan teknologi informasi dalam pengelolaan air bersih.

Sekarang ATB jadi pionir inovasi berbasis teknologi informasi industri pengelolaan air bersih di Indonesia.

Tidak berhenti sampai di situ, kami terus menerus melakukan kontrol dan pengembangan. Data yang kami himpun melalui teknologi informasi dijadikan dasar untuk meningkatkan kualitas produksi dan layanan. Demikianlah kami melakukan pengembangan secara berkelanjutan.

Untuk menjadi pemenang, kita perlu persiapan dan perencanaan yang baik. Tapi lebih daripada itu, yang lebih penting adalah sebuah eksekusi dari rencana-rencana brilian tersebut. Selanjutnya, harus diimbangi dengan kontrol dan pengembangan yang tepat.

Jangan hanya bergerak reaktif. Ada masalah, baru bergerak. Persiapan jangka panjang adalah kunci keberhasilan Anda di masa mendatang. Lebih dari persiapan dan rencana, Anda juga harus berani mengeksekusi dan terus menerus melakukan kontrol.

Dengan kondisi lambat mengambil tindakan, dan tak mampu melakukan controlling, apa yang akan terjadi kemudian? Mari kita pikirkan. Salam Kopi Benny. (*)

 

Ir Benny Andrianto, MM
Presiden Direktur PT ATB

Update