Senin, 18 November 2024

Spiderman, Cowok Puber yang Ingin Masuk The Avengers

Berita Terkait

batampos.co.id – Film Spider-Man: Homecoming resmi rilis di Tanah Air, Rabu (5/7). Di hari perdana tayang, film hasil kerja sama Sony dan Marvel ini langsung dibanjiri penonton, tak terkecuali di Batam.

Sejumlah bioskop di Batam dipadati pengunjung, kemarin. Bahkan beberapa warga harus kecewa karena tak kebagian tiket. “Warga antusias. Studio penuh sampai kursi paling depan,” kata Umy Kalsum, warga Batamcentre usai nonton Spider-Man: Homecoming di Blitz Theater Kepri Mall, Batam, Rabu (5/7).

Menurut Umy, Spider-Man: Homecoming merupakan film si Manusia Laba-Laba yang paling menarik dibandingkan dengan film pendahulunya. Meskipun Spider-Man: Homecoming tidak ada kaitannya dengan film-film sebelumnya, seperti Spider-Man 3 dan The Amazing Spider-Man 2.

“Kalau aku paling suka yang Homecoming ini. Lebih fresh, seru, dan menghibur,” kata Umy.

Dalam film Spider-Man: Homecoming, tokoh utama Peter Parker (Tom Holland) diceritakan sedang puber. Menurut Umy seperti itulah sosok Spidey seharusnya ditampilkan. Bukan versi laki-laki dewasa yang galau seperti dibawakan Tobey McGuire atau Andrew Garfield yang berada di tengah-tengah rentang usia remaja dan dewasa.

Meski tetap hadir sebagai tokoh superhero, Peter Parker versi Tom Holland dihadirkan layaknya remaja kebanyakan. Memiliki cerita seru dalam kesehariannya, berkutat dengan dunia sekolah, dan tentunya lengkap dengan bumbu-bumbu cinta monyet ala remaja.

“Tapi tidak ada sex scences, no kisses,” kata Umy lagi.

Film Spider-Man: Homecoming ini menjadi ajang aktualisasi diri bagi Peter Parker. Selain sibuk dengan dunia remajanya, Peter juga fokus menumpas kejahatan. Tujuannya tak lain agak dilihat oleh Tony Stark si Manusia Besi. Syukur-syukur dia diajak bergabung ke kelompok elite The Avengers.

Namun layaknya remaja lain, Peter kerap membuat kekontolan yang tidak perlu. Misalnya saat diajak Iron Man bertempur menghadapi Captain America di Berlin, dia membuat vlog keseluruhan perjalanannya.

Film Spider-Man: Homecoming menyajikan suguhan yang lengkap. Selain aksi superhero si Manusia Laba-Laba, film ini juga menghadirkan karakter antagonis yang cukup menarik sebagai penjahat: The Vulture (Michael Keaton). The Vulture merupakan mekanik yang kecewa dengan sistem dan bagaimana dunia berjalan di bawah kekuasaan orang-orang kaya dan berpengaruh seperti Tony Stark.

Penjahat bersayap itu sangat benci dengan Iron Man dan pemerintah. Filosofinya tentang hidup cukup menarik. Meskipun cara yang diambil salah. The Vulture adalah gambaran dari kaum marginal putus asa yang akan melakukan apapun untuk mengisi perut dan melindungi keluarganya.

Terwujudnya flm Spider-Man: Homecoming ini berawal ketika komputer Sony Pictures diretas pada 2014 lalu, banyak yang gusar akan kelanjutan proyek film Spider-Man. Andrew Garfield yang menjadi suksesor Tobey McGuire sebagai Manusia Laba-laba di The Amazing Spider-Man, dinilai tak cukup baik untuk mengangkat franchise tersebut agar sejajar secara komersial dengan para superhero seperti Iron Man, Thor, dan Captain America.

Akhirnya Sony dan Marvel mengumumkan kerjasama mereka untuk membawa Spidey ke dalam Marvel Cinematic Universe (MCU). Kursi produser diambil alih Kevin Feige, bos Marvel Studios yang bertanggung jawab atas kesuksesan para karakter superhero Marvel di layar lebar. Tak ada lagi nama Avi Arad yang sebelumnya menangani semua film Spider-Man, mulai dari trilogi garapan Sam Raimi hingga arahan Marc Webb.

Feige menunjuk Jon Watts yang sebenarnya tak punya portofolio bagus-bagus amat. Tapi hasilnya, Spider-Man: Homecoming memiliki racikan pas untuk membawa Tom Holland menjadi Spider-Man paling asyik, keren, dan proporsional melebihi para pendahulunya.

Spider-Man: Homecoming adalah tontonan wajib yang menghibur dan menyenangkan seperti naik roller coaster. Jika dirasakan ada yang kurang, mungkin pertarungan akhir yang kurang klimaks antara Spidey dan The Vulture.  Perasaan seperti ditinggal kekasih saat sedang sayang-sayangnya.

Beberapa hal menarik lainnya dari film ini adalah keberagaman karakternya. Selain itu kemunculan Bibi May (Marisa Tomei) tak lagi digambarkan konservatif, melainkan tante gaul yang asyik bagi generasi milenial.

Peter Parker identik dengan Mary Jane (MJ) dan Gwen Stacy. Namun, sutradara Jon Watts sama sekali tak menyebut dua nama itu dalam film kali ini. Parker justru akan sering berinteraksi dengan karakter bernama Michelle yang diperankan Zendaya. Menurut situs Bleeding Cool, karakter Michelle agak jutek terhadap Parker. Di salah satu scene, Michelle berkata, ”Panggil aku MJ.” (par/jawapos.com)

Update